Kita adalah kumpulan hari-hari, dan buah dari usaha yang kita tanam. Kita adalah puncak dari tangga-tangga yang lalu, juga hasil dari apa yang kita usahakan. Kita adalah produk pembiasaan, atas apa yang setiap hari kita kerjakan.

Kira-kira begitulah kita hari ini. Sebagian merasa sangat bersyukur, sebagian mungkin tidak puas. Sebagian merasa bangga, yang lain kecewa atas apa yang ada di hadapannya. Beberapa mungkin menyesal atas kinerjanya, ada juga yang tengah menikmati hasil jerih payah. Semua adalah hasil dari yang telah lalu.

Menyikapi datangnya hari, tidak semua manusia sadar bahwa ia sejatinya memiliki kesempatan untuk berbuat lebih. Tidak semua orang memahami, bahwa merasakan hangat terbitnya matahari adalah karunia untuk terus bergerak. Sebagian masih lalai dengan gadgetnya, terlena dengan pergolakan dirinya, sibuk mencari pembenaran, masih berat untuk melangkah melakukan perubahan. “Rebahan adalah passion” katanya.

Kita adalah gerombolan yang sering lupa, bahwa kehidupan dibangun dengan pengorbanan juga pembiasaan.

Mengutip teori yang disampaikan dalam buku Atomic Habit, perubahan itu dilakukan melalui hal-hal kecil. Butterfly effect, kepakan kecil yang punya efek besar, perbaikan-perbaikan kecil dengan dampak yang luar biasa.

Belajar dari Google tentang pengembangan fasilitas browsernya, Chrome, pada awal penciptaannya terbilang tidak cukup berhasil. Jumlah pengguna tidak mencapai target, bahkan berkembang dengan sangat lambat. Lalu perubahan coba diinisiasi melalui mekanisme berpikir, dan penyesuaian target serta metode evaluasi. Google menyusun OKR (Objective Key Result) diikuti dengan dinamisasi pengembangan produk yang dinilai lebih efektif dibandingkan dengan KPI (Key Performance Indicator), untuk kondisinya saat itu. Kemudian berkembanglah Chrome menjadi salah satu mesin pencari yang banyak digunakan hari ini.

Begitupun dalam keseharian, kita bisa mendapati bagaimana kebiasaan seseorang melalui sholatnya: tentang kedisiplinan, komitmen, kejujuran, juga tentang bagaimana dia menunaikan amanahnya. Kita bisa menilai seseorang melalui interaksi jual beli dan berkegiatan bersama. Kita mengerti karakternya dari bagaimana ia bicara juga berbuat. Bahkan katanya, hari esok adalah soal dengan siapa hari ini kita berinteraksi, buku apa yang hari ini kita baca, juga untuk apa sebagian besar waktu kita habiskan. Ini adalah fakta, bahwa kita adalah susunan komitmen, kedisiplinan, kejujuran, integritas, dan banyak hal lain yang kita bangun.

Hidup sehari-hari, bagiku ternyata adalah soal proses membangun diri. Tentang bagaimana mengalahkan rasa malas dan memilih untuk bergerak mengerjakan sesuatu, tentang menata batu bata kokoh untuk masa depan, tentang merapikan jadwal, tentang pembiasaan-pembiasaan pada hal-hal baik, yang kalau tidak dimulai hari ini, mau kapan lagi?

Kita tentu punya gambaran besar hidup yang kita inginkan. Kita tentu tidak ingin jauh-jauh dari kata sukses. Kita tentu ingin jadi bermanfaat, ingin mencapai surga-Nya. Kita tentu ingin menjadi kokoh dan hangat, menjadi tinggi dan teduh untuk orang-orang di sekitar kita. Kita ingin jadi penerang sekaligus menentramkan, jadi yang cerdas juga beriman. Maka susunlah batu bata integritas, pondasi-pondasi keimanan, juga tiang-tiang karakter yang baik untuk mencapai gambaran besar hidup kita; karena hebatnya hidup, tidak sebegitu mudahnya diraih.