The Power of Reasoning in Leaders and Leadership

Mahasiswa menjadi pelopor terbaik sebagai bagian dari perubahan dan ini banyak sekali kita temui dari para tokoh dan masyarakat yang menaruh harapan besar pada mereka. Pengalaman sebagai pelajar dengan peningkatan ilmu pengetahuan yang sangat signifikan sehingga membuat seseorang dapat merumuskan suatu sebab akibat dalam segala hal yang terjadi, seharusnya telah dimiliki oleh mahasiswa. Bagi saya pengalaman tersebut adalah bentuk dalam memperkuat penalaran (reasoning) dan dengan ini saya memahami betul mengapa mahasiswa disebut sebagai agen perubahan. Kekuatan penalaran (reasoning) dapat menjadi bahan bakar perubahan, hal ini tidak hanya untuk diri sendiri bahkan bisa memiliki dampak perubahan yang jauh lebih besar untuk masyarakat saat ini dan yang akan datang. Bagaimana cara kita bernalar akan menjadi salah satu indikator penilaian orang lain terhadap kita secara personal. Cara kita bernalar akan sangat berdampak saat kita memiliki otoritas penuh sebagai pemimpin (leaders) untuk menggerakkan masyarakat.

Keterampilan kepemimpinan bisa kita sederhanakan melalui kutipan Simon Sinek pada bukunya “Start With Whys”. Simon menyatakan bahwa “ada pemimpin (leaders) dan ada yang memimpin (those who lead), pemimpin memegang posisi berkuasa dan mereka yang memimpin memberi inspirasi”. Sebagai seorang yang memahami makna kepemimpinan, setidaknya tahu bahwa mereka para pengikut yang mengikuti pemimpin itu bukan karna keharusan, tapi karna keinginan pengikut itu sendiri. Jadi, seseorang yang bisa dikatakan memiliki ketrampilan kepemimpinan adalah seseorang yang memiliki reasoning kuat yang dapat menginspirasi orang lain. Leadership can be inspiring someone else. Mengapa kita harus memberikan inspirasi kepada orang lain? Apakah harus melakukan itu? Pertanyaan ini akan dijawab dengan pertanyaan lagi. Coba kita sedikit berpikir, apakah sesuatu hal yang besar dan kebaikan yang jauh lebih luas, dapat bisa kita lakukan hanya dengan kedua tangan kita?. Tidak, tentu saja kita butuh lebih dari dua tangan kita. Maka, atas dasar itulah kita harus bisa memberikan inspirasi kepada orang lain agar dapat lebih mudah menjelaskan sesuatu hal yang besar dan kebaikan yang lebih luas itu.

Bagaimana kita dapat menginspirasi seseorang sebagai pemimpin? Pernyataan dari Jim Collins melalui bukunya yang berjudul “Good to Great” dapat membantu kita untuk menemukan cara terbaik sebagai pemimpin sekaligus dapat memberikan inspirasi bagi orang lain. Jim membuat istilah untuk tingkat kepemimpinan tertinggi yakni kepemimpinan level 5 (Level 5 Leadership) yang akan membuat sebuah tim atau organisasi dapat mencapai kesuksesan terbaik. Jim menjelaskan jika ingin menjadi pemimpin level 5 kita harus menggabungkan asas rendah hati (humility) dan keinginan yang besar (Integrity). Sebagai pemimpin harus memiliki sifat dan sikap yang rendah hati, seperti bentuk keberhasilan yang telah dicapai selalu disampaikan atas kinerja tim bukan lagi atas kinerja personal pemimpin. Keberhasilan tim juga tidak akan tercapai tanpa kerangka kerja dan perencanaan yang jelas dari seorang pemimpin. Pemimpin harus mengetahui betul dengan dua senjata ini sebagai bentuk indikator kematangan personal (Self Maturity) dalam memahami keterampilan kepemimpinan.

Pemimpin yang efektif akan mampu memberikan inspirasi kepada orang lain. Mereka yang memimpin dengan keterampilan kepemimpinan dan penalaran yang kuat dapat membantu orang lain untuk mengembangkan potensi dan mencapai titik terbaik orang tersebut serta akan membentuk individu yang siap memimpin dan nantinya juga akan menginspirasi orang lain. Keterampilan ini akan memberikan dampak yang terus berlanjut (sustainability effect) bahkan melahirkan banyak sekali pemimpin yang berpotensi di masa depan dan inilah yang kita sebut sebagai Sustainability Leadership.