Manusia adalah makhluk yang unik. Keunikan yang dibangun oleh masing-masing pribadi tidak dapat disamaratakan. Hal ini yang dapat dijadikan sebagai titik tolak pembelajaran untuk memahami karakter orang lain terlebih karakter diri sendiri. Akan menjadi salah kaprah jika merasa belum tuntas memahami diri sendiri tetapi mencoba menghakimi karakter orang lain.
Memahami karakter orang lain adalah suatu kondisi yang elastis. Elastis berarti dapat disesuaikan karena dengan memahami orang lain maka ada proses pembelajaran mengenai tata cara bereaksi. Menelan secara mentah-mentah apa yang disampaikan atau diinformasikan oleh orang lain tidak sepenuhnya dibenarkan.
Tata cara bereaksi yang berangkat dari pemahaman karakter orang lain bukan suatu hal yang bermula secara lahiriah melainkan suatu keterampilan. Seperti yang telah diketahui oleh halayak umum bahwa keterampilan dapat dipelajari. Selain dapat dipelajari juga dapat diolah agar bias disiasati.
Sebelum mengenal lebih jauh lawan interaksi dalam kehidupan sehari-hari, berhati-hati dalam menentukan reaksi harus dilakukan. Kita tidak pernah tahu apabila lawan interaksi memiliki mental yang cukup sulit untuk naik dan mudah sekali untuk turun. Apabila kesalahan bereaksi terjadi, secara tidak langsung kita akan menjadi pendosa atau seolah-olah menjadi tersangka. Menyakiti orang lain tanpa disengaja justru adalah kejahatan yang sering terjadi tanpa disadari.
Selain itu, dalam dunia kerja terampil dalam bereaksi menjadi modal yang tidak boleh dikesampingkan. Pemahaman akan kemauan dan keinginan konsumen dapat terbantu dan teralisasi. Maka menjadi hal yang tidak asing lagi apabila banyak orang yang terampil dalam berekasi dengan lawan interaksi adalah golongan orang-orang yang mencapai suatu hal.
Ada beberapa hal yang dapat dilakukan untuk melatih keterampilan dalam bereaksi. Meskipun kaca mata orang dalam mengolah hal ini berbeda-beda namun dapat dijadikan sebagai referensi untuk proses memulai.
1. Memahami diri sendiri
Pemahaman akan diri sendiri akan memperkaya proses evaluasi terhadap masa lalu untuk memperbaiki, dan apresiasi akan kekuatan diri sendiri agar mudah mengidentifikasi kelebihan yang dapat ditonjolkan.
2. Mengamati pola bicara dan perilaku lawan interaksi
Pola perilaku dan pola bicara seseorang sering dilakukan secara berulang-ulang artinya ada suatu kebiasaan akan dua hal tersebut. Melalui pengamatan pola bicara dan pola perilaku orang lain, diri pribadi dapat melenturkan tanggapan yang akan dibangun.
3. Mempelajari penataan emosional
Keterampilan dalam bereaksi memiliki kaitan terhadap penataan emosional. Berbicara dengan penataan emosional perlu adnya kondisi saling melengkapi. Apabila yang dipaparkan oleh lawan interaksi menunjukan tata emosional yang tinggi maka perlu ada rem untuk melakukan hal yang sama, sebisa mungkin reaksi yang dibangun adalah tata emosional yang lebih rendah dari lawan interaksi. Hal ini juga yang akan membantu dalam memanajemen stress.
Terampilah dalam mengelola reaksi terhadap orang lain. Dalam seluruh aspek bidang kehidupan baik yang bersifat duniawai maupun akhirat hal ini sangat diperlukan dan bermanfaat.
BA 9 Semarang
Arum Yuliya Lestari