Berbicara mengenai kemahasiswaan, seakan tidak akan ada habisnya bila dikaji, banyak nilai dan seluk beluk menarik yang dapat ditelaah darinya, lembaga kemahasiswaan merupakan kegiatan kemahasiswaan yang pada dasarnya menjadi nilai tambah dari kegiatan intrakurikuler, sungguhpun demikian kegiatan ekstra kurikuler ini bertujuan mengembangkan kecerdasan sosial, emosional,spiritual dan kinestetik seorang mahasiswa, dengan kegiatan ini seorang mahasiswa dapat mengasah dan mengembangkan soft skill-nya yang sangat dibutuhkan ketika memasuki dunia kerja ataupun ketika terjun dalam pergaulan masyarakat. Dibeberapa kampus dan salah satunya Universitas Andalas memberikan penilaian khusus untuk setiap kegiatan ekstra kurikuler ini. perolehan nilai di akumulasikan pada akhir studi mahasiswa yang bersangkutan dalam bentuk pemberian skor di sertifikat SAPS ( Student Activities Performance Sistem). Sertifikat SAPS menjadi penopang ijazah sarjananya. Kegiatan ekstra kurikuler dapat dibedakan atas: bidang penalaran,bidang minat dan bakat dan bidang pengabdian sosial.
Pengertian secara teoritis tersebut dapat ditarik benang merah bahwa sebagai pribadi yang menyandang gelar mahasiswa, belum memenuhi rukun apabila belum terlibat dan berkontribusi aktif dalam kegiatan lembaga mahasiswa yang notabenenya diharapkan menghasilkan output Sumber Daya Manusia (SDM) yang mumpuni dan kompeten dibidangnya ketika mahasiswa memasuki dunia kerja ataupun ketika ber-asimilasi didalam kehidupan bermasyarakat. telah diterangkan sebelumnya bahwa lembaga kemahasiswaan masing-masing bergerak dengan spesifikasi dan spesialisasi yang telah diatur /di tentukan di dalam AD/ADRT internal lembaga kemahasiswaan, namun pada hakikatnya memiliki tujuan yang sama yang hendak dicapai yakninya melanjutkan perjuangan pendiri bangsa. Dalam konteks yang berbeda saat perjuangan meraih kemerdekaan dengan situasi saat ini, pada masa lalu para pejuang mengangkat senjata untuk mengangkat harkat dan martabat bangsa sedangkan kewajiban perjuangan generasi saat ini adalah mengangkat harkat, martabat dan kehormatan bangsa dengan cara mengisi kemerdekaan melalui kegiatan-kegiatan aktif konstruktif yang benilai dalam pembangunan intelektualitas bangsa untuk menatap masa depan bangsa yang lebih baik.
Seterusnya mengenai kecerdasan sosial, emosional , keberadaan kecerdasan emosi memang mutlak diperlukan dalam mencapai prestasi tertinggi ,dengan hadirnya kecerdasan emosional seorang mahasiswa memiliki inti kemampuan pribadi dan sosial yang merupakan kunci utama keberhasilan seseorang, sudah banyak contoh di sekitar kita membuktikan bahwa seseorang yang hanya memiliki pendidikan tinggi belum tentu sukses berkiprah di dunia kerja/masyarakat sering kali mereka yang berpendidikan biasa ternyata lebih berhasil di dunia kerja/masyarakat, Rasulullah SAW pernah bersabda “ Ingatlah bahwa dalam jasad ada sekerat daging , jika ia baik maka baiklah seluruh jasadnya, dan jika ia rusak maka rusaklah seluruh jasadnya, ketahuilah bahwa segumpal daging itu adalah hati’’ (H.R Bukhari dan Muslim). Kecerdasan emosi tersebut tidaklah dapat diperoleh secara instan, perlu melewati tahap demi tahap yang panjang, di dunia kampus kecerdasan emosi ini dapat diperoleh dan diasah saat dalam organisasi kemahasiswaan, saat terjun dan terlibat dalam organisasi seseorang sewaktu-waktu akan dihadapkan dengan kondisi yang di luar zona nyamannya, baik dalam berkegiatan maupun saat interaksi/komunikasi dengan person internal maupun eskternal yang memiliki kriteria dan kepribadian yang beragam serta mekanisme koordinasi dalam membentuk kesolidan dan kerjasama tim (teamwork) yang tidak sesederhana teoritis dan visualisasinya, dalam komunikasi organisasi terdapat suatu kompleksitas aplikatif yang mana apa yang ada dalam teori tak mudah dalam pengaplikasiannya, mengigat pola pikir, komitmen ,integritas internal menjadi hal yang perlu di evaluasi secara menyeluruh, jika ditelisik dan diamati lebih mendalam tak dapat dipungkiri pola koordinatif internal lembaga kemahasisan masih terdapat kelemahan jika dipandang dari berbagai sudut dimensional, maka perlu adanya penguatan dalam pola koordinatif dalam lembaga kemahasiswaan guna mewujudkan pergerakan yang maksimal. Rumus=TM+2S,( Terstrukur, Masif , Sistematis, Sinergis ). Direalisasikan dengan komunikasi bottom up dan top down secara efektif, efisien dan konsisten, selain itu juga dibutuhkan peran tokoh pemberi komando yang dapat menebarkan energi positif yang berkelanjutan terhadap personal-personal yang terlibat. Hal ini erat sekali hubungannya dengan peran kepemimpinan yang dituntut mampu mempersuasikan dengan seni komunikasi yang menarik dan peta diri pemimpin yang tak tercela.
Dari masa ke masa suasana persaingan global akan semakin nyata dan kental, jika suatu bangsa berkehendak tetap bertahan dan tetap di akui eksistensinya dalam percaturan global, maka peningkatan dan pembekalan kemampuan Sumber Daya Manusia merupakan suatu keniscayaan untuk senantiasa diperbaharui dan itu dapat diwujudkan dengan kolaborasi seluruh elemen untuk saling bahu-membahu, baik itu mahasiswa, masyarakat, serta pemerintah.