Negeri di atas awan itu bernama Palembang

Negeri di atas awan itu bernama Palembang

Oleh: Murti Utami Putri, Sarjana Kesehatan Masyarakat, PM BAKTI NUSA 8

Regional Palembang

                                      Jembatan Ampera, Benteng Kuto Besak Palembang, Dok. Pribadi 15:49 WIB

 

Kota Palembang merupakan kota tertua di Indonesia yang berumur kurang lebih 1382 tahun jika berdasarkan prasasti Sriwijaya yang dikenal sebagai prasasti Kedudukan Bukit. Nenek moyang orang-orang kota ini menamakan kota ini sebagai Pa-lembang dalam bahasa melayu Pa atau Pe sebagai kata tunjuk suatu tempat atau keadaan; sedangkan lembang atau lembeng artinya tanah yang rendah, lembah akar yang membengkak karena lama terendam air (menurut kamus melayu), sedangkan menurut bahasa melayu-Palembang, lembang atau lembeng adalah genangan air. Jadi Palembang adalah suatu tempat yang digenangi oleh air.

Ketika mendengar kata “Palembang” pastilah semua orang teringat akan Pempek, cindonya (read: cantik) Jembatan Ampera dan Ratunya Kain (Kain Songket). Sayangnya, sampai hari ini Palembang layaknya kota yang berada diantara awan-awan. Bagaimana tidak? Sejak agustus lalu Palembang kedatangan tamu tak diundang yang semakin hari semakin akrab, menetap dan kian pekat sebutlah ia “Kabut Asap”.

Berdasarkan data BNPB per 15 Oktober 2019 pukul 16:00 WIB tercatat terdapat 727 titik Api di Sumatera Selatan yang artinya mengalami peningkatan dari data per 14 Oktober 2019. Selain itu, pada 15 Oktober 2019, Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) stasiun Meteorologi SMB II menyebutkan, kabut asap yang menyelimuti kota Palembang merupakan kabut asap terekstrem sepanjang kemarau. Hal ini terjadi disebabkan oleh angin permukaan yang umumnya bertiup dari arah Timur-Tenggara dengan kecepatan 5-20 knot (9-37Km/perjam) mengakibatkan potensi masuknya asap akibat kebakaran hutan dan lahan ke wilayah kota Palembang.

DAMPAK KABUT ASAP

Ditinjau dari beberapa aspek, berikut dampak akibat kabut asap,

  1. INDEKS KUALITAS UDARA

Indeks Kualitas Udara (AQI) merupakan sistem untuk mengukur keparahan tingkat kualitas udara. Indeks berkisar antara 0-500 yang dimana semakin tinggi angka indeks AQI maka tingkat polusi udara semakin tinggi dan dapat merugikan kesehatan. AQI dihitung berdasarkan 6 (enam) polutan utama (PM 2.5, PM10, Karbon Monoksida, Sulfur dioksida, nitrogen dioksida dan tingkat ozon). Hingga, 17 Oktober 2019, Indeks Kualitas Udara (AQI) di Kota Palembang berkisar 180 (0-500) yang artinya Tidak Sehat. Kisaran nilai AQI kategori tidak sehat pada nilai 151-200 memungkinkan untuk terjadi dampak buruk pada kesehatan tubuh seperti pada jantung dan paru-paru bagi masyarakat umum terkhusus pada kelompok sensitif.

  1. Konsentrasi PM 2.5

PM 2.5 merupakan partikel yang mengambang di udara dengan ukuran diameter 2,5 mikrometer atau kurang dari ukuran tersebut. Ukuran PM 2.5 sangat kecil sehingga dapat diserap kedalam aliran darah saat bernapas. Ukurannya yang sangat kecil yang dapat diserap tubuh ini mengakibatkan partikel ini menjadi ancaman besar bagi kesehatan. Dilihat dari Konsentrasi PM 2.5, Konsentrasi PM 2.5 berada pada nilai 111 yang jauh melewati Nilai Ambang Batas (NAB) ketetapan nasional dimana konsentrasi polusi udara yang diperbolehkan berada dalam udara ambien. NAB PM 2.5 = 65 ugram/m3. Sumber Polutan ini dapat berasal dari buatan manusia maupun polutan lainnya. seperti: 1. Pembakaran yang dihasilkan pembangkit listrik, 2. Asap dan jelaga dari kebakaran hutan dan limbah pembakaran, 3. Emisi dan pembakaran kendaraan bermotor, 4. Proses industri yang mengakitbatkan reaksi kimia, dll

  1. Pendidikan

Bencana Kabut Asap akibat Kebakaran Hutan dan Lahan yang terjadi di Palembang sangat mengganggu proses belajar dan mengajar. Seluruh sekolah di Sumatera Selatan di Liburkan dan diberi Perpanjangan Libur sesuai arahan Dinas Pendidikan Kota Palembang. Hal ini juga untuk mengantisipasi banyaknya aktivitas diluar ruangan dan meinimalisir peningkatan angka kejadian ISPA di Kota Palembang.

  1. Kesehatan

a. Efek jangka pendek: 1. iritasi pada mata, tenggorokan, dan hidung, 2. Detak jantung tidak teratur, 3. Batuk, nyeri dada, sakit tenggorokan dan sesak napas.

b. Efek jangka panjang: 1. Pemyakit pernapasan seperti bronkhitis, asma, emfisema, 2. Kerusakam jaringan paru-paru, 3. Kanker, 4. Serangan jantung, 5. Stroke, 6. Kematian dini.

MASALAH KESEHATAN YANG SERING TERADI

  1. Peningkatan ISPA pada Balita

Pada dasarnya, ISPA dapat menyerang siapa saja termasuk anak-anak. Bencana Kabut Asap yang melanda kota Pempek ini menyebabkan terjadinya tren peningkatan jumlah penderita Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA) pada Balita. Berdasarkan data Dinas Kesehatan Kota Palembang tren peningkatan jumlah penderita ISPA sudah terjadi sejak pekan ke 2 di bulan September 2019.  Jumlah penderita ISPA balita pada minggu ke 2 september sebanyak 1.128 orang, pada pekan ke 3 dan 4 mengalami peningkatan masing-masing 1.373 dan 1.398. Kemudian mengalami penurunan pada pekan pertama Oktober yaitu 1.119 orang, lalu kembali mengalami peningkatan di pekan ke 2 Oktober yaitu sebesar 1.189 orang.

   Sumber: grafik Tren ISPA, Dinas Kesehatan Kota Palembang

Sejalan dengan data peningkatan jumlah kejadian ISPA, balita merupakan salah satu kelompok yang rentan terhadap kejadian penyakit. Pada masa pertumbuhan ini, organ-organ di dalam tubuh anak sedang mengalami perkembangan, termasuk daya tahan tubuhnya. Hal tersebut yang mendasari mengapa balita rentan terkena penyakit termasuk ISPA. Karena ketidak seimbangan daya tahan tubuh (host), pola bakteri/virus penyebab penyakit (agent) serta buruknya lingkungan (environment).

2. Kontaminasi Kabut Asap pada Makanan dan Minuman

Kabut asap mengandung zat berbahaya berupa karbon monoksida (CO), sulfur dioksida (SO2), nitrogen dioksida (NO2), ozon permukaan (O3), dan partikel debu (PM10). Selain itu, kabut asap juga mengandung formaldehid, akrelein, dan benzen. Sehingga, makanan/minuman yang terkontaminasi kabut asap jika dikonsumsi akan sangat berbahaya bagi kesehatan tubuh.

LANGKAH PREVENTIF (PENCEGAHAN DAN PENGENDALIAN):

“Tidak akan ada asap kalau tidak ada api”, Tidak ada suatu masalah kesehatan tanpa langkah preventifnya. Kejadian Kabut Asap yang sering terjadi di musim kemarau membuat masyarakat di Palembang seperti sudah terbiasa terpapar dengan kabut asap tanpa menggunkan Alat Pelindung Diri. Padahal hal tersebut sangat dibutuhkan. Selain itu, berbagai upaya preventif juga telah banyak dilakukan namun ada poin-poin promotif yang belum begitu di sosialisasikan ke masyarakat mengenai pentingnya melakukan langkah-langkah preventif itu sendiri.

Adapun langkah-langkah pencegahan dan pengendalian yang dapat kita lakukan yaitu:

  1. Menerapkan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS)

Dalam kondisi terpapar asap dan lingkungan yang kurang sehat, lindungi diri dengan penerapan PHBS atau Perilaku Hidup Bersih dan Sehat disemua tatanan kehidupan terkhusus rumah tangga. PHBS rumah tangga antara lain:

  • Pemberian ASI EKSKLUSIF

Kesadaran mengenai pentingnya ASI bagi anak di usia 0 hingga 6 bulan menjadi bagian penting dari Indikator PHBS. Untuk meminimalisir kejadian ISPA pada balita ini, ibu yang mempunyai balita dapat memberikan ASI dan makanan sehat lainnya untuk membantu meningkatkan daya tahan tubuh balita.

  • Mencuci Tangan Menggunakan Sabun dan Air Bersih yang mengalir

Praktek ini merupakan langkah yang berkaitan dengan kebersihan diri sekaligus langkah pencegahan penularan berbagai jenis penyakit berkat tangan yang bersih dan bebas dari kuman. Langkah satu ini sederhana namun banyak sekali dilupakan padahal langkah ini memegang peranan penting dalam penularan penakit.

  • Konsumsi Buah dan Sayur

Buah dan sayur dapat memenuhi kebutuhan vitamin dan mineral serta serat yang dibutuhkan tubuh untuk tumbuh optimal dan sehat. Sebelum dikonsumsi, buah dan sayur sebaiknya dicuci bersih terlebih dahulu untuk meminimalisir bahaya akibat kontaminasi kabut asap ke makanan/minuman.

  • Tidak merokok di dalam Rumah

Berdasarkan laporan Barkeley Earth, polusi udara PM 2.5 sebesar 22µg/m3 setara dengan menghisap satu batang rokok. Selain itu, Perokok aktif dapat menjadi sumber berbagai penyakit dan masalah kesehatan bagi perokok pasif. Berhenti merokok atau setidaknya tidak merokok di dalam rumah dapat menghindarkan keluarga dari berbagai masalah kesehatan.

2. Hindari atau kurangi aktivitas diluar rumah/Gedung

3. Gunakan Masker jika terpaksa melakukan aktivitas diluar rumah dan Gedung

Berdasarkan uraian dampak akibat kabut asap diatas, inilah menjadi alasan mengapa ketika beraktivitas diluar rumah ataupun Gedung kita perlu menggunakan masker. Partikel-partikel debu kecil dapat dengan sangat mudah terhirup oleh tubuh jika kita tidak menggunakan Alat Pelindung Diri. Meskipun masker tidak 100% menjamin debu tidak terhirup, namun setidaknya meminimalisir kejadian tersebut. Adapun penggunakan masker juga harus sesuai dengan sebagai mana mestinya, dimana lapisan putih berada di bagian dalam yang bersentuhan langsung dan bagian berwarna hijau/biru dll dibagian luar. Hal ini karena masker memiliki fungsi disetiap lapisannya sehingga diharapkan tepat guna. Kemudian, penggunaan masker bedah (masker biasa berwarna hijau/biru) hanya difungsikan untuk 1x pemakaian. Di kondisi kabut asap, pengguna masker diharapkan dapat mengganti masker berkala apabila telah kotor (warna nya berubah/ menguning).

4. Konsumsi Air Putih lebih sering dan lebih banyak.

5. Apabila kabut asap mulai menipis, sesekali bersihkan debu yang menempel di rumah dan ventilasi.

Terakhir, Siapapun pelaku pembakaran lahan ini haruslah mendapatkan ganjaran yang sesuai, karena dengan sadar mereka merupakan bagian dari “pembunuh tanpa menyentuh” banyak anak-anak yang kehilangan kebahagiaan masa kecilnya yang seharusnya dapat berlai-lari dilapangan luas, kini harus “terpenjara” dirumah akibat kabut asap, banyak generasi penerus bangsa yang “dipaksa” meliburkan diri dari aktivitas sekolah, serta kejadian penyakit yang meningkat cepat lebih dari biasanya.

PENTING:

Teruntuk masyarakat Palembang dan sekitarnya, Mungkin bencana kabut asap ini tidak semengguncangkan “Listrik yang padam” Namun, #KitoPastiPacak! Melewati kondisi ini dengan membangun kesadaran dalam diri masing-masing agar dampak akibat kabut asap dapat diminimalisir. “dem baco tulisan ini, jangan lupo enjok tau sanak keluargo nyo yoo, untuk tetep nerapke hal-hal dipocok dan tetep gunoin masker kalo nak keluar-luar. Itulah sebabnyo ngapo di beberapo titik dijalan Plembang ado yang bagike masker, karno sebahayo itu efek nyo” – (Teruntuk masyarakat Palembang dan sekitarnya, “ setelah membaca tulisan ini, jangan lupa beritahu sanak dan keluarganya ya, untuk tetap menerapkan hal-hal diatas dan tetap menggunakan masker kalua akan keluar-luar, itulah sebabnya, mengapa di beberapa titik di Jalan Palembang ada yang membagikan masker karena sebahaya itu efek nya”).

 

 

Sumber:

  1. AirVisual (KLHK), Barkeley Earth: Tingkat Polusi Udara Jika disetarakan dengan Batangan Rokok 13-16 September 2019.
  2. Badan Nasional Penanggulangan Bencana.2019. Kebakaran Hutan dan Lahan di Indonesia Update 15 Oktober 2019 pukul 16:00 WIB.
  3. Dinkes Palembang.2019. Tren Balita Penderita ISPA di Palembang hingga Oktober 2019
  4. Reno. 2019. Kabut Asap Pekat: Jumlah Balita Penderita ISPA di Palembang Meningkat. https://kumparan.com/urbanid/kabut-asap-pekat-jumlah-balita-penderita-ispa-di-palembang-meningkat-1s3l6rHm20u (Diakses 17 Oktober 2019).
  5. Hasan, AM. 2017. Partikel yang Membunuh dalam Senyap itu Bernama PM 2,5. https://amp.tirto.id/partikel-yang-membunuh-dalam-senyap-itu-bernama-pm-25-cnrb (Diakses 17 Oktober 2019).
  6. BMKG. 2019. Informasi Konsenterasi Partikulat PM 2.5. https://www.bmkg.go.id/kualitas-udara/informasi-partikulat-pm25.bmkg (Diakses 17 Oktober 2019).
  7. Kemenkes RI. 2016. Perilaku Hidup Bersih dan Sehat