Nampak Islami

Dalam politik, umat Islam seperti penumpang perahu yang berlayar di laut lepas, tanpa bintang, tanpa kompas, dan tidak tahu cara berlayar. Kadang-kadang umat dibuat bingung karena panutannya berbuat seenaknya, lupa bahwa dibelakangnya ada banyak orang (yang mengikutinya). Karenanya, kaidah politik umat harus ditentukan dengan jelas, sehingga umat terbebas dari temperamen pribadi seorang pemimpin. Bahkan seorang pemimpin harua ikut kaidah, bukan sebaliknya, (pemimpin) menentukan kaidah (seenaknya).
~ Prof. Dr. Kuntowijoyo (1997)

Realitas pemilu 2019 dihadapkan pada pemilu dengan paslon yang dianggap pro-Islam dengan dukungan umat yang begitu besar dan paslon yang dianggap berlawanan dengan wakilnya panutan kaum nahdhiyyin yang pernah menjabat ketua Majelis Ulama Indonesia (MUI). Sebagian menganggap jihad dengan pertarungan politik pilpres ini, sebagian lagi ada yang melihatnya sebagai politik identitas memanfaatkan agama untuk kepentingan politik.

Namun apapun itu, kita tidak benar-benar serius untuk menyiapkan kader politik dari umat Islam. Realitasnya yang katanya kita umat mayoritas, partai-partainya selalu kalah dalam pertarungan politik.
Entah mungkin lebih Islami partai-partai nasionalis atau karena faktor yang lain.

Yang terpenting adalah kita sebagai muslim harus mengupayakan banyak maslahah bagi negeri yang sudah final ini, bagi siapapun saudara setanah air, ‘adil, tanpa diskriminasi yang mengarah pada SARA.

Jika tidak mampu mencipta pemimpin yang benar-benar dari kalangan Islam, yang benar-benar pro dengan nila-nilai Islam, maka mari kita menjadi pribadi yg Islami yang membumikan nilai-nilai Islam yang indah itu,. Dimanapun kita berada.!