Oleh : Yonatan Yolius Anggara
Bukankah kita telah sekata jika bahagia itu sederhana”
Dahulu, dalam perjalanan hidup setiap manusia banyak yang menyangka jika segala hal yang diprasangkakan pasti akan terwujud menjadi kenyataan yang saat ini sering disebut dan digantikan dengan kata berhasil. Namun, lambat laun perjalanan waktu membisikan suatu hal yang baru. Suatu kata yang tidak pernah bisa ditolak oleh dua kaki yang berjalan diatas muka bumi. Kegagalan
Maka sampaikan kepadaku siapa yang tidak pernah gagal? Tidak ada. bahkan kegagalan seolah menjadi hal yang selalu datang bahkan jika tidak diundang pun. Hegemoni kegagalan setiap manusia memberikan cerita yang unik, aneh bahkan beraneka ragam. Namun aku lebih suka menyebutnya romantis. Kegagalan selalu memberikan ingatan tersendiri dalam setiapa jalan hidup manusia, memberikan sebuah bekas yang tidak diinginkan oleh orang yang hidup di dunia. Ada dua pilihan sebenernya ketika kegagalan itu datang. Menghardiknya atau merayakanya.
Tuhan Sedang mendidikmu
Sifat dari manusia adalah sok tahu dan sok mengerti. Seolah paling tahu jika apa yang dia yakini baik pasti itu baik, padahal bukankah kebaikan itu komprehensif bukannya parsial dan sektoral? Jika berbicara kebaikan secara komprehensif maka bisa jadi kebaikan menurut satu orang itu berbeda dengan orang yang lainya. Menurutmu hijau itu baik, namun menurutku tidak, biru lah yang baik. Jadi kegagalan masih kah kamu anggap sebagai ketidak baikan?. Kegagalan adalah cara Tuhan mendidikmu. Maka Jangan mudah kecewa ketika Tuhan tidak selalu menjawab doamu dengan kata “Iya”. Karena hakekatnya kegagalan itu hanya semacam didikan agar lebih dewasa. Saat Tuhan menjawab permintaanmu Ia menambah rasa syukurmu. Tatkala Tuhan belum menjawab, Ia menambah kesabaranmu.
Merayakan Kegagalan
Tentang bahagia, maka sudah selesai jika bahagia itu sederhana. Sudah kita bahas bukan?(Red: Menyederhanakan Bahagia). Artinya seperti ini, bukankah untuk bahagia kita tidak selalu mendapatkan sesuatu? Bagaimana jika bahagia itu definisinya diubah bukan lagi mendapatkan tapi menjadi, memberi ,berdedikasi bahkan gagal. Bahagia adalah sikap mental bukan dampak atau hasil dari suatu apapun. Saat kebanyakan orang hanya bahagia tatkala mendapatkan apa yang diusahakan , tatkala setiap apa yang mereka cita citakan diamini, tatkala semua yang di impikan dengan mudah tercapai begitu saja mengapa bahagia kita tidak disederhanakan.Bahagia kita tidak harus sama dengan orang kebanyakan bukan? Bagaimana jika kita mulai berdamai pada setiap kegagalan dan bahagia atasnya. Tidak ada yang melarang bukan jika harus bahagia ketika kegagalan datang?Tidak ada kan yang melarang ketika yang lain bersedih tatkala kegagalan datang namun kita justru merayakanya? Itu hanya masalah hati saja, Seberapa lapang ia. Satu hal yang perlu digaris bawahi dalam setiap kegagalan. Dengan merayakan kegagalan setiap manusia akan tahu bahwa tidak ada yang akan membuatnya kecewa. Apapun itu, dalam situasi dan kondisi apapun tetap bisa untuk bahagia. Ketika mendapat kebaikan maka bersyukur dan ketika mendapat musibah maka bersabar.
“Selamat merayakan kegagalan. Jangan pernah berhenti lantas menyerah atas alasan kegagalan. percayalah bahwa tatkala permintaanmu belum dijawab dengan kata “iya”oleh Tuhan maka ia hanya menginginkan yang lebih baik untukmu. Iya percaya saja :)”