Pemimpin adalah orang yang mampu membawa tim untuk mencapai tujuan bersama. Selain itu, pemimpin juga ialah seseorang yang mampu membuat orang-orang yang berada di bawah kepemimpinannya dapat bertumbuh dalam kelompok. Di tengah semakin banyaknya tantangan zaman karena cepatnya digitalisasi, nilai keberlanjutan menjadi sangat penting dalam aspek kepemimpinan. Untuk mencapai keberlanjutan tersebut, pemimpin harus setidaknya memiliki tiga aspek dalam dirinya yaitu kematangan diri, pengayaan kompetensi dan penyedia inspirasi.
Sebagai pemimpin yang nantinya bukan hanya harus memikirkan dan berusaha menyelesaikan permasalahan bersama tetapi juga permasalahan anggotanya, maka ia harus terlebih dahulu selesai dengan dirinya sendiri. Untuk mencapai kematangan diri, seorang pemimpin harus mengetahui arah dan tujuan hidupnya sebelum nantinya menentukan dan membawa tim mencapai tujuan bersama. Untuk berjalan ke arah tujuan yang telah ia tentukan, seorang pemimpin harus membekali dirinya dengan dasar integritas, keberanian dan percaya diri. Tujuan tersebut juga harus dielaborasi kedalam langkah-langkah perencanaan dan target-target yang realistis tetapi cukup tinggi untuk terus membuatnya tertantang dan mengupgrade diri.
Pada aspek pengayaan kompetensi, seorang pemimpin yang berkelanjutan, harus memiliki tujuan mulia yang menyertakan kepentingan masyarakat dalam mimpi-mimpinya. Kepedulian menjadi salah satu bekal utama bagi seorang pemimpin. Selain itu, untuk mencapai nilai keberlanjutan seorang pemimpin harus memiliki sikap resiliensi untuk terus bisa memimpin dan membawa tim mencapai produktifitas yang berkelanjutan. Karena sesungguhnya, semangat pemimpin yang terjaga, akan menjadi bahan bakar motivasi anggota. Inisiatif juga harus dimiliki seorang pemimpin, utamanya dalam proses pembelajaran di dalam kelompok. Sebelum ia bisa mendorong anggota untuk belajar sesuai minat dan bakatnya di dalam kelompok, terlebih dahulu ia juga harus mengenal dan terus berusaha mengasah minat dan bakatnya.
Setelah selesai dengan diri sendiri, memiliki sikap dasar untuk menjadi seorang pemimpin, dan mengenal aran tujuan hidup, minat juga bakatnya, maka seorang pemimpin selanjutnya mampu untuk menjadi penyedia inspirasi bagi kelompoknya. Mengutip perkataan Simon Sinek dalam bukunya Leaders Eat Last, “Ketika aksimu mampu menginspirasi orang lain untuk bermimpi lebih, belajar lebih, melakukan lebih, dan menjadi lebih, maka kamu adalah pemimpin”. Pemimpin yang baik bukanlah ia yang dengan bangga menjadi “One Standing Man”, tetapi ia yang mampu menjadi mentor dalam memberikan arahan dan bimbingan kepada anggotanya untuk senantiasa belajar menjadi lebih baik. Terlebih di era society 5.0 hari ini, kolaborasi menjadi jauh lebih bernilai dan bermanfaat dibandingkan kompetisi. Untuk itu, pemimpin harus senantiasa adaptif dan mau membuka diri pada kesempatan-kesempatan kolaborasi.
Ketiga aspek tersebut mencakup kematangan diri, pengayaan kompetensi dan penyedia inspirasi, sejatinya adalah panduan bagi seorang pemimpin untuk terus berusaha menjadi pemimpin ideal yang berkelanjutan. Ketiga aspek tersebut sama-sama penting dan disusun berdasarkan kebutuhan akan kondisi terkini. Tentu dalam prosesnya, seorang pemimpin – sebagaimana setiap manusia yang harus terus belajar sepanjang hidupnya, juga bisa mempelajari dan menerapkan ketiga aspek tersebut secara bertahap menyesuaikan dengan kemampuan dan kondisi diri juga kelompoknya. Pada akhirnya, seorang pemimpin yang berkelanjutan adalah ia yang terus belajar sambil menebar manfaat seluas-luasnya pada sekitar, dan menyelesaikan problematika yang ada dalam masyarakat.