Menjadi Manusia Utama

Hakikatnya seorang manusia adalah memiliki akal. Akal pada manusia itupun berbeda – beda, maka kemampuan dan keahlian manusia pun seperti itu. Dengan akal itu manusia dapat memikirkan dari mana ia berasal, untuk apa ia hidup, dan dapat memikirkan betapa besarnya nikmat yang diberikan Tuhannya, nikmat kemuliaan hingga ia terlepas dari kehinaan.

Akal mampu menyuruh manusia untuk memilih mana yang menjadi tujuan hidupnya, mandat apa yang harus dipilihnya. Menentukan tujuan hidup, memilih mana yang cocok untuk diri, bukan memilih yang disukai saja. Namun, tak hanya akal manusia pun diberikan hawa nafsu. Menjadi manusia memiliki kecendrungan untuk melakukan kebaikan, itu fitrahnya. Tapi ada hawa nafsu, sifat lalai yang membuat setiap manusia berbeda.

“Akal selalu menimbang antara buruk dan baik, lalu memilih mana yang baik. Sedang hawa dan nafsu, yang jahatlah yang dipilihnya. Akal selalu mengingat dan menahan, sedang hawa nafsu selalu ingin lepas. Akal membatasi kemerdekaan, hawa nafsu ingin merdeka di segala perkara.” (Buya Hamka)

Jika akal menang maka akan mengajak mengerjakan yang bermanfaat, dan jadilah ia orang yang utama. Akal diberi pilihan untuk menjadi manusia yang paling depan dalam melakukan kabaikan. Artinya menjadi pioneer, menjadi sabiquna awwalun. Atau menjadi manusia yang ikut dalam gerbong fastabiqul khairat, artinya menjadi follower. Menjadi manusia utama, mana yang akan anda pilih? Pilihannya hanya dua.

Jika hakihat menjadi manusia yang utama adalah membahagiakan diri sendiri dengan membahagiakan orang lain, bagaimana menurutmu? bukankah sebaik-baiknya manusia adalah yang bermanfaat untuk orang lain. Menjadi manusia utama adalah yang memiliki perilaku utama, tahu adab sopan santun. Plato dalam buku Falsafah Hidup Buya Hamka, membaginya menjadi 4 bagian besar:

  1. Menjaga diri agar tidak mengerjakan yang salah (‘iffah).
  2. Berani menegekkan kebenaran (Syaja’ah).
  3. Tahu rahasia hidup dari pengalaman.
  4. Sederhana dalam segala perkara.

Menjadi Manusia utama dengan perilaku utama dengan ‘iffah dan syaja’ah berkaitan dengan diri sendiri dan tidak dapat dipisahkan. Jika ‘iffah artinya kesanggupan menahan diri, maka syaja’ah artinya membangkitkan keberanian menempuh suatu kesakitan yang perlu untuk kemaslahatan hidup. Jika sabar, qanaah, rendah hati, pemaaf, kesederhanaan hidup adalah buah dari ‘iffah. Maka, setia memegang pendirian, berani menghadapi bahaya, tangkas, ksatria, teguh adalah buah dari syaja’ah.

Maka menjadi manusia utama berbicara tentang pilihan hidup, pengendalian nafsu dan memenangkan akal. Dan dilengkapi lagi dengan perilaku utama. Tidak hanya sebatas apa yang telah dibahas di paragraf ini, anda bisa mencari tau lebih. Pada intinya menjadi manusia utama adalah manusia yang hidupnya digunakan untuk beribadah pada Allah Yang Maha Esa.

Penulis:

Farida Utami Ritonga – PM BAKTI NUSA 9 Regional Bogor