oleh Dinni Ramayani, PM BAKTI NUSA 9 PADANG
“Jika dirimu tidak disibukkan dengan hal-hal yang baik, pasti akan disibukkan dengan hal-hal keburukan.”
(Ibnu Qayyim Al-Jauziyah)
Jabir r.a bercerita bahwa Rasulullah bersabda, “Sebaik-baik manusia adalah yang paling bermanfaat bagi manusia lainnya.” Sabda Sang Baginda mulia inilah yang selalu jadi alarm kita untuk terus berupaya menjadi bagian dari sebaik-baik manusia. Menjadi generasi muda yang menebar manfaat dimanapun berada.
Sebagai pemuda harapan agama, bangsa dan negara, kita mesti menyadari bahwa masa muda adalah masa yang paling tepat untuk mengambil peran menjadi sebaik-baik manusia yang siap menebar manfaat untuk sesama. Sebab masa muda adalah puncak produktivitas itu berada, puncak ide-ide mulia dan semangat membara itu berada. Bahkan sejak dulu kala, sejarah membuktikan bahwa pemuda adalah golongan yang paling berjasa dalam mewujudkan kemerdekaan Indonesia. Hal ini terlihat dari ungkapan Bung Karno yang paling melekat dari masa ke masa, “Beri aku 1000 orang tua, niscaya akan kucabut semeru dari akarnya. Beri aku 10 pemuda, maka kuguncangkan dunia.” Di samping itu, sejarah juga membuktikan bahwa pemuda merupakan golongan paling berperan dalam pengembangan dakwah islam. Hal ini tercermin dari adanya Muhammad Al-Fatih yang berhasil menakhlukkan kota Konstatinopel di usia 21 tahunnya hingga berjaya. Luar biasa bukan peran pemuda?
Sebagai pemuda sudah selayaknya kita berpikir tentang kontribusi apa yang bisa kita lakukan untuk agama, bangsa dan negara! Maka, masa muda inilah masa emas untuk menyusun sebaik-baik rencana dan mengatur strategi untuk mewujudkannya. Jangan mau jadi pemuda Indonesia yang biasa! Jangan mau jadi pemuda islam biasa-biasa saja! Jadilah penggerak utama membumiluaskan manfaat dengan semangat takwa di jalanNya!
Bapak Suherman juga menyatakan saat SLT, “Kita harus mengambil misi mulia sebagai manusia, harus mengambil mandat kehidupan. Mandat-mandat akan menbuat kita mampu memanajemen diri sendiri, keluarga dan masyarakat. Masalah pribadi akan lebih mudah terselesaikan ketika kita terbiasa menghadapi masalah dan tantangan yang ada di luar diri kita.”
Selanjutnya teringat pesan Ustadz Syafi’i El Bantanie, “Tidak ada pilihan untuk duduk-duduk santai, tidak ada pilihan untuk tidak peduli dengan masyarakat, tidak ada pilihan untuk itu. lantas, kapan perjuangan ini selesai? Ketika kamu sudah yakin kedua telapak kakimu menapaki surga.”
Sudah selayaknya pemuda menyadari bahwa bahwa banyak peran yang bisa mereka isi. Banyak masalah yang perlu diatasi. Maka rawatlah semangat takwa itu dengan saling berkolaborasi, dengan tujuan meraih ridho Illahi. Semangat ber-fastabikulkhairat di berbagai lini!