Kukuhkan 54 Calon Pemimpin Berkarakter, BAKTI NUSA Gelar Prosesi Wisuda National Mission 2025
Bogor – Memasuki satu dekade baru perkembangan teknologi dan sosial, generasi muda berada pada persimpangan zaman penuh tantangan yang tidak hanya berhenti pada literasi digital atau keamanan informasi, tetapi juga pada bagaimana menjaga kesehatan mental, mengambil keputusan secara bijaksana, dan membangun kolaborasi lintas batas di tengah derasnya arus informasi. Karena itulah Beasiswa Aktivis Nusantara (BAKTI NUSA), sebuah program pengembangan kepemimpinan aktivis mahasiswa, hadir guna mewadahi generasi muda dalam ruang pembinaan yang tidak hanya memperkuat kapasitas teknis dan intelektual, tetapi juga meneguhkan nilai, karakter, dan ketangguhan jiwa.
Sejak 2011 BAKTI NUSA telah menguatkan kepemimpinan ratusan generasi muda di era digital yang berbasis tantangan terkini, berfokus pada kematangan diri, pengayaan kompetensi, dan penyediaan inspirasi. BAKTI NUSA berkomitmen menjadikan pemuda dari kampus terbaik menjadi Sustainable Leader (Pemimpin Berkelanjutan).
Meneguhkan identitas dan nilai-nilai kepemimpinan berkelanjutan yang telah ditanamkan selama proses pembinaan BAKTI NUSA, pada Sabtu (13/12) BAKTI NUSA menghelat National Mission 2025 bertajuk Legacy of Goodness: Merawat Dampak Mewariskan Kebaikan yang dilaksanakan di Hotel Amaris, Kota Bogor. National Mission menjadi puncak dari seluruh rangkaian pembinaan Program BAKTI NUSA. Setelah menempuh proses penguatan kapasitas di tingkat nasional, wilayah, dan personal, kini 54 penerima beasiswa yang berasal dari 15 kampus di Indonesia (USU, UNAND, UNSRI, UI, IPB, ITB, UNPAD, UNS, UGM, ITS, UNAIR, UB, UNDIP UNUD, UNHAS) bersiap melangkah ke fase pasca kampus dengan membawa visi besar dan aksi nyata bagi bangsa.
Menggugah semangat 54 calon alumni penerima BAKTI NUSA 14, National Mission 2025 menghadirkan Yudi Latif, Dewan Pembina Dompet Dhuafa;; Mulyadi Saputra, Director Executive GREAT Edunesia; Alvi Syahrin, Influencer; Choqi Isyraqi, Alumni BAKTI NUSA Bandung; Panji Laksono, Alumni BAKTI NUSA Bogor; dan Raudah, Alumni BAKTI NUSA Jakarta.

Yudi Latif, di sesi Keynote Speech menyampaikan jika Tuhan tidak akan mengubah nasib suatu kaum kecuali kalau mengubah mindset, mengubah karakter, mengubah mental model. “Jadi, orang itu ditentukan bagaimana menantang mindset-nya. Kita diberikan Tuhan apapun, tapi kalau mental model kita mental terjajah, itu tidak akan bisa memberikan apa-apa,” terang Yudi. Ia menjelaskan bahwa mereka yang bertahan di masa depan adalah mereka yang paling adaptif.
“Jadi di satu sisi kita harus terhubung dengan apa yang kita punya, budaya kita, sumber daya yang kita punya terhubung, tapi kan zaman terus berubah, kita juga harus terbuka,” tambah Yudi. Menurutnya di masa depan yang paling bertahan, bukan hanya yang paling adaptif, tapi yang paling kreatif. “Kenapa orang tersebut mengagungkan teknologi AI dan lain-lain? AI itu bisa mempersingkat, bisa mempermudah pekerjaan yang dulu sulit dikerjakan. Tapi ingat, sehebat-hebatnya, AI itu tidak punya will, tidak punya kehendak jadi yang punya kehendaknya manusia. Sebab itulah hal fundamental seperti karakter, etika, etos tetap menjadi pondasi penting yang perlu kita miliki,” pesan Yudi di hadapan calon alumni BAKTI NUSA.
National Mission menekankan pentingnya menjaga integritas sebagai kunci berKolaborAksi melalui Materi Kepemimpinan (leadership, karir, membangun keluarga, dan kontribusi), serta team building supaya para alumni BAKTI NUSA mampu berkembang menjadi sosok terbaik dan berkontribusi besar di masyarakat menebarkan kebermanfaatan lebih luas.
Pasca National Mission para alumni BAKTI NUSA 14 diharapkan dapat menjawab berbagai tantangan kekinian dibarengi penguasaan life skill mumpuni serta kondisi ketangguhan mental dalam menyelesaikan tantangan di masyarakat.
