Kepemimpinan Islam dan Teknik Membangun Serta Mengelola Jaringan

Memahami kepemimpinan Islam

Kepemimpinan merupakan karakter istimewa yang menjadi harga mahal dalam kehidupan manusia. Jika orang memiliki karakter pemimpin, maka pasti hidupnya akan disibukkan dengan kebutuhan masyarakat. Penerapan karakter pemimpin tidak hanya dinisbatkan pada posisi struktural belaka. Hampir semua aspek lini kehidupan, karakter pemimpin menjadi karakter yang sangat dituntut oleh masyarakat karena pentingnya sifat tersebut.

Maka dari itu penting bagi seseorang yang menjabat hajat orang banyak untuk memiliki karakter pemimpin, sebuah karakter yang mendahulukan kebutuhan jamaah (kelompok) diatas kepentingan pribadi. Dalam Alquran, istilah pemimpin identik kata Imam, yang berasal dari kata ‘amma ya’ummu yang berarti menuju, menumpu atau meladani. Kata tersebut seakar dengan kata umat, pemimpin masyarakatnya sering disebut Imam, sedangkan masyarakatnya disebut umat.[1] Dalam kajian kepemimpinan ilmuan barat (orientalisme), kepemimpinan cenderung materelistis mengedepankan keuntungan sebanyak-banyaknya dari yang dipimpinnya. Maka tak heran jika kita selalu mendengar masa sekolah dahulu, pemimpin adalah orang yang bisa mempengaruhi. Sedangkan dalam konsep Islam, bersumber pada wahyu Alquran dan Hadis dan Sirah Nabawi, kepemimpinan tidak hanya bersifat materelistik. Akan tetapi juga mempertimbangkan aspek ukhrawinya (akhirat), yang secara otomatis lebih humanis.

Menurut Bachtiar Firdaus[2] terdapat lima  unsur kepemimpin yang bersumber dari para Nabi (profetik) yang berkelindan tidak dapat dipisahkan satu diantaranya. Penjebaran dari lima unsur kepemimpinan tersebut akan diformulasikan dalam bagan sebagai berikut.

  1. Kepemimpinan berilmu;

Sudah selayaknya pemimpin berilmu, pemimpin adalah nahkoda bagi awak kapalnya yang membawa penumpang sampai pada tujuannya. Sungguh akan berbahaya jika pemimpin tidak memiliki ilmu, maka kesesatan dan kelayuan akan menimpa sekumpulan orang tersebut. Dalam sebuah hadis Nabi Muhammad saw., mengingatkan betul bahwa “jika suatu urusan diserahkan kepada orang yang bukan ahlinya, maka tunggulah saat kehancurannya” (HR. Bukhari)

  1. Kepemimpinan kuat

Diriwayatkan dalam Imam Muslim bahwa Abu Dzar berkata, “Aku berkata kepada Rasulullah saw.” “Yaa Rasulullah, tidakkah engkau mengangkatku sebagai pengusa (amil)?” Rasulullah Menjawab, “Wahai Abu Dzar, sesungguhnya engkau orang yang lemah. Padahal, kekuasaan itu adalah amanah yang kelak di hari akhir hanya akan menjadi kehinaan dan penyesalan. Kecuali orang-orang yang mengambilnya dengan hak, dan diserahkan kepada orang yang mampu memikulnya”. Maka sudah sepantasnya kita mengukur diri untuk meminta amanah, dan memastikan amanah datang pada orang yang tepat.

  1. Kepemimpinan bertaqwa

Ibarat kepala bagi sebuah badan, pemimpin adalah otaknya yang mengatur semua gerakan anggota tubuhnya. Karena pemimpin tidak hanya cerdas, tetapi adil dan jujur.  Dalam QS. Al-Maidah 5;8, I’diluu huwa aqrabu littaqwa – Berbuat adillah, karena adil itu dekat dengan taqwa. Dan dampak dari taqwa mempengaruhi segala aspek kehidupan. Jika penduduk bumi taqwa, niscaya Allah turunkan keberkahan dan rahmatnya.

  1. Kepemimpinan amanah

Para Nabi memberikan contoh integritas yang luar biasa dalam sirah para ulama’. Kredibelitas dan integritas tinggi yang dapat dipercaya oleh kaumnya beserta cobaannya membuat teguh para Nabi memegang amanah. Maka, orang yang amanah tidak akan mudah oleh godaan materi, berupa harta, tahta, dan tipu daya duniawi.

  1. Kepemimpinan regeneratif

Nabi Muhammad saw. selain sukses memegang amanah kenabian, ia juga sukses membangun generasi unggul. Setelah kepemimpinan nubuwwah (kenabian). Khulafarrassyidin, Abu Bakar, Umar, Ustman dan Ali sukses melanjutkan risalah dakwah Islamiyah. Bahkan perkembangan dan pembebesan pada masa ini cukup besar dan luas membentang dari keseluruh penjuru negeri mencerahkan umat. Menyiapkan generasi yang lebih baik merupakan keharusan dari setiap pemimpin. Sekali lagi, kelima unsur tersebut akan saling berkaitan, berkelindan tidak dapat dipisahkan. Maka fainsyaAllaah jika kelimanya dalam sebuah pemimpin, keridhaan Allah beserta keberkahan rahmatnya turun kepada setiap entitas yang menerapkannya.

 

Pentingnya jaringan dalam kepemimpinan

Salah satu indikator berhasilnya organisasi atau secara personal adalah kemampuan membangun jejaring (networking). Mampu melihat peluang dari setiap sudut yang dilihatnya dan kemudian akan di follow up dengan kemampuan komunikasi yang matang untuk mendapatkan maksud dan tujuan yang diharapkan. Jejaring merupakan suatu hal yang penting di era millenium serba teknologi. Jika kita masih merasa bisa sendiri, merasa mampu melakukan suatuha sendiri layaknya Superman, tentu kita akan digilas oleh zaman.

Kondisi manusia millenial pada hari ini pun terkondisikan dengan semangat kolaboratif. Jika kebaikan proyek sosial bisa dilakukan bersama-sama, kenapa harus sendirian. Kiranya begitu tagline manusia millenial jaman now. Kita bisa melihat bagaimana munculnya platform digital crowdfunding begitu banyaknya dan memberikan dampak signifikan terhadap kesejahteraan masyarakat misalnya kita bisa sebut kitabisa.com dan masih banyak lagi. Artinya, tidak bisa dipungkiri berjejaring adalah keharusan bagi pemimpin di era sekarang.

Berjejaring akan menentukan kualitas pribadi seseorang atau kelembagaan tertentu. Kita tahu GoJek bisa semakin besar karena suntikan dana dari investor, sehingga bisa mengembangkan inovasi yang menghasilkan produk yang tepat sasaran menjadi kebutuhan masyarakat. Begitu seterusnya kualitas seseorang juga akan semakin baik hidupnya jika memiliki banyak jaringan untuk saling membantu melengkapi diantara satu dengan yang lain.

Untuk lebih dalam mengeksplorasi pentingnya membangun jaringan, penulis akan visualisasi pengelolaan jejaring dalam studi kasus di organisasi sebagai berikut.

  1. Strategi pengelolaan jejaring
  2. Inventarisisasi jejaring

Perlu diinventarisir siapa saja elemen eksternal yang sekiranya bisa membantu (support) baik kebutuhan personal ataupun kebutuhan organisasi. Misal jika posisi barada dalam organisasi maka perlu dicatat kembali siapa saja alumni yang bisa dihubungi untuk terus dimintai masukan baik dari segi pemikiran, atau bahkan finansial. Optimalisasi peran alumni sangat penting dalam organisasi. Kadang terdapat alumni yang sudah menjadi tokoh sehingga bisa menjadi pemateri yang tidak perlu dibayar lagi, dan bahkan memberikan support finansial ke organisasi. Perlu diinventarisir siapa saja alumni sesuai dengan pekerjaannnya sehingga kita bisa silaturahmi jika membutuhkan bantuan alumni. Selain alumni, perlu diinventarisir perusahaan yang biasa kerja sama dengan organisasi, donatur yang biasa membantu, dan elemen ekternal lain yang sekiranya bisa membantu.

 

 

Analisis kondisi jejaring

Analisis kembali hasil inventarisasi yang sudah dilakukan. Kategorikan ke dalam dua hal, alumni atau perusaahaan yang masih ada kontaknya dan bisa dikontak, sama alumni atau perusahaan yang sudah tidak ada datanya dan sudah tidak bisa kontak kembali.

Untuk alumni atau perusahaan yang hilang kontak tapi sekiranya dipertimbangkan bisa komunikasi dimintai bantuan, segera dicari kembali, juga lakukan peremajaan data alumni terbaru beserta perusahaan yang sevisi dan lumrah membantu kegiatan/kepanitian organisasi.

Sedangkan bagi alumni atau perusahaan yang sudah tidak bersedia diminta bantuan atau sekedar silaturahmi maka dibersihkan supaya organisasi fokus dengan data yang bisa dioptimalkan. Pendataan alumni dan perusahaan menjadi sangat penting dan cukup signifikan membantu organisasi.

 

 

Komunikasi kembali dengan jejaring

Lakukan komunikasi rutin dengan alumni dan perusahaan. Rajut silaturahmi di awal kepengurusan, tengah, dan akhir. Buat report bulanan yang singkat padat namun tetap informatif untuk memberikan kabar update. Hindari kontak mendadak dan meminta bantuan dana tanpa ada silaturrahmi sebelumnya dan atau setelah terdampak masalah.

 

Meeting menghasilkan kesepakatan

Pastikan kesiapan mental dan bahan meeting sudah terpenuhi sebelum melakukan meeting dengan alumni atau dengan perusahaan. Hindari kesalahan teknis di proposal.

 

Teknik lobi

Soft skill yang harus dimiliki dalam ikhtiar berjejaring adalah kemampuan lobi. Sebenarnya sederhana terkait ilmu lobbying, yakni kematangan publik speaking, emosional, pengetahuan terhadap lawan bicara dan memiliki attitude yang baik. Prinsip setiap perusahaan memiliki dana sosial (CSR) untuk dikeluarkan disalurkan kepada kegiatan yang dianggap sesuai dengan visinya. Maka kemungkinan besar jika acara tepat dengan keinginan perusahaan, beserta klasifikasi penanggung jawab (PJ) sponsorship yang mumpuni berjalan dengan baik, maka InsyaAllah semuanya akan berjalan baik pula.

 

Dalam studi kasus lain misalnya mengajak kerjasama komunitas juga jika acara cocok dengan komunitas yang diundang dan PJ delegasi sesuai dengan klasifikasi di atas pun InsyaAllah berhasil mendapatkan tujuan. Maka dari itu, disini perlu diperhatikan betul PJ humas atau delegasi sponsorship untuk melakukan lobbying menghasilkan kesepakatan. Kemampuan berjejaring dengan baik akan menentukan kualitas kepemimpinan seseorang yang akan memberikan dampak signifikan baik secara personal ataupun kelembagaan. (*)

 

[1] Bachtiar Firdaus. 2016. Prophetic Leadership. Surabaya : Saga. Hlm. 124.

[2] Bachtiar Firdaus. Ibid. hlm