Bogor – Kemiskinan merupakan permasalahan esensial yang menuntut pemuda sebagai penguat bangsanya untuk dapat berperan dan berkontribusi membantu menurunkan angka kemiskinan menuju kondisi masyarakat yang lebih makmur dan sejahtera. Namun tantangan menurunkan angka kemiskinan memerlukan waktu cukup lama, sebab sewaktu-waktu bisa kembali naik secara signifikan dalam kurun waktu terbilang singkat. Menilik fakta tersebut, maka dibutuhkan strategi yang tepat untuk mengatasainya.
Beasiswa Aktivis Nusantara (BAKTI NUSA) sebagai program pengembangan kepemimpinan bagi aktivis mahasiswa yang berada di bawah naungan Dompet Dhuafa Pendidikan, menghelat Leadership Summit 2020 pada Jumat (18/12) sebagai upaya menciptakan pemuda strategis menuju Indonesia lebih baik.
Dalam perhelatan nasional yang dihadiri 57 penerima manfaat BAKTI NUSA Angkatan 10 dari empat belas kampus terbaik di Indonesia, Dr. Irfan Syauqi Beik, Advisory Council of World Zakat Forum, didapuk menjadi pembicara utama untuk memberikan pecutan semangat supaya agar para pemuda bisa membangun kolaborasi mengatasi kemiskinan dengan program berkelanjutan.
Mengangkat pembahasan “Kolaborasi Mengatasi Kemiskinan dengan Program Berkelanjutan”, Dr. Irfan menantang para penerima manfaat BAKTI NUSA berkontribusi secara maksimal di tengah perbedaan latar belakang yang mereka miliki.
“Kontribusi menentukan kualitas umat manusia. Semakin besar kontribusi, semakin besar juga kualitas manusia. Itulah hakikat dari Khairu Ummah. Kita, sebagai pemuda Islam diembankan amanah untuk menyeru kepada yang ma’ruf dan mencegah dari yang munkar,” terang Dr. Irfan.
Dr. irfan menyampaikan bahwa pemuda dapat melakukan langkah nyata dalam menyerukan ma’ruf (kebaikan) guna meminimalisasi kemiskinan dengan enam langkah seperti mengoptimalisasi ZISWAF, growth through equity, keadilan ekonomi, pemanfaatan teknologi untuk pemberdayaan ekonomi marjinal, pro poor state budgeting, dan membangun gaya hidup berbagi.
“Selain upaya tersebut, para pemuda harus memiliki peran aktif dan inisiatif, bukan hanya sekadar menjadi pengikut. Haruslah tertanam di dalam diri bahwa sejatinya mereka memiliki peran sangat penting dalam memajukan kesejahteraan bangsa,” jelas Dr. irfan. “Peran tersebut terdiri dari tiga aspek yakni Peran Kepemimpinan, dengan menjadi teladan baik dan dapat mengoptimalisasi potensi. Peran Kepeloporan, dengan memberikan inovasi sehingga mampu membantu menyelesaikan permasalahan yang ada. Peran Kewirausahaan, di mana pemuda mesti memiliki keterampilan dan kemandirian,” sambungnya.
Menutup materinya, Dr. Irfan berpesan bahwa sejatinya pemuda dapat mengoptimalkan peran dan potensi dirinya dengan menghadirkan perubahan berkelanjutan ke arah lebih baik melalui ragam inovasi untuk mengentaskan kemiskinan yang ada di Indonesia. (NA)