oleh Ahmad Shofwan Syaukani, PM 9 BAKTINUSA Regional Bandung
Hari ini sudah memasuki hari sekian sekian sekian sekian sekian menjalankan berbagai aktivitas #dirumahaja. Jenuh dan bosan jadi dua kata yang saat ini saya rasakan. Apalagi sebagai orang ekstrovert yang kalau nyari semangat itu biasanya harus ketemu sama orang lain. Bukan berarti ketika saya di rumah nggak ada orang yang bisa diajak buat nyari semangat, tapi sebagai orang yang terbiasa keluar rumah, berdiam lama-lama di rumah itu bukan saya banget.
Fenomena penyebaran Covid-19 in nggak cuman dirasakan oleh tiga puluh provinsi Indonesia saja, melainkan sudah menyebar luas secara global ke berbagai negara kecil maupun besar. Virus ini tidak memandang status sosial dan ekonomi, siapa saja bisa tertular. Kematian merupakan skenario terburuk bagi orang yang terkena Covid-19. Siapa sangka makhluk kecil satu ini mampu meluluhlantahkan umat manusia dalam rentang waktu yang singkat. Dampaknya pun dirasakan semua lapisan masyarakat. Pendapatan menurun, sedangkan pengeluaran harus terus dilakukan sampai batas waktu yang tidak ditentukan membuat sebagian masyarakat kebingungan memenuhi kebutuhan hidupnya esok hari, mahalnya harga masker dan kebutuhan alat kesehatan, stigma negatif kepada korban maupun petugas medis, dan gangguan psikososial yang menimpa masyarakat akibat cemas terkena Covid-19.
Tentunya sebagai seorang muslim, kita jangan sampa lupa mengaitkan fenomena-fenomena seperti ini sebagai pertanda akan datangnya hari kiamat. Jangan lupa kalau kita sedang hidup dipenghujung zaman. Kala dukhon melanda, kemudian Dajjal berkeliling dunia, menebar pesona ke berbagai kota, maka bersembunyi di rumah adalah pilihan utama jika kita tak bisa pindah ke Mekkah dan Madinah. Sampai saatnya hari itu tiba, mungkin saat ini kita sedang dilatih oleh Allah Swt. untuk mampu menghadapi masa-masa itu (nanti).
Sampai pada akhirnya, mungkin tagline #dirumahaja akan menjadi sesuatu hal yang sangat relevan di kemudian hari kala tanda kedatangan kiamat semakin mendekat. Sampai sini saya mulai bisa sedikit sadar kalau ternyata ada hikmah yang bisa diambil. Rasulullah saw. pernah bersabda, “baitii jannati” yang artinya rumahku adalah surgaku. Hal tersebut menandakan bahwa rumah itu tidak hanya sebatas tempat kita makan dan tidur saja, melainkan ada keberkahan, ketenangan dan kasih sayang yang harus diciptakan oleh para penghuninya.
Terlepas dari banyaknya pro-kontra yang dilakukan oleh pemerintah Indonesia hari ini, tagline #dirumahaja mengajarkan kepada kita bahwa menjadi orang tua merupakan tanggung jawab yang harus dijalankan dan dipersiapkan dengan baik, khususnya dalam menghadapi kondisi darurat seperti bencana hari ini. Memikirkan untuk bagaimana caranya membuat dapur terus berasap (memasak), membayar tagihan listrik dan BPJS tetap jalan, cicilan barang yang belum lunas, dan mendidikan anak-anak selama di rumah. Kesiapan hal pangan dan finansial dalam menghadapi kondisi-kondisi darurat seperti ini merupakan sesuatu hal yang harus dipersiapkan sedemikan rupa. Kalau saya memposisikan diri sebagai kedua orang tua saya sekarang, mungkin ada secercah kagum atau hal-hal yang baru disadari ketika kondisi darurat sepert ini sedang terjadi. Dan menjadikan kita sebagai seorang anak untuk bisa mempersiapkan itu semuanya dikala kondisi-kondisi darurat tersebut hadir, khususya ketika diri kita nanti yang memainkan peran sebagai orang tua itu sendiri.
Sedih memang dikala banyak orang mengkampanyekan #dirumahaja, akan tetapi ada banyak pula orang-orang yang harus pergi keluar rumah untuk mencari nafkah bagi keluarganya. Mungkin bagi sebagian yang lain kondisi keluarga mereka berbeda. Fenomena tersebut hendak harus membuat kita semakin bersyukur kepada Allah Swt. karena masih diberikan kesempatan untuk tetap #dirumahaja. Sedangkan bagi mereka yang memutuskan untuk pergi keluar rumah jangan pula kita tak acuh begitu saja kepada mereka. Jadikan bentuk syukur yang Allah berikan terhadap kenyamanan kita untuk membantu dan menolong orang-orang yang membutuhkan. Kemewahan apa lagi yang bisa kita lakukan selain menolong orang yang sedang membutuhkan dikala kita mampu melakukannya? Tangan di atas lebih baik daripada tangan di bawah kan ehehe.
Kalaupun kita belum sanggup terjun langsung untuk menolong orang lain, sekarang sudah banyak pula gerakan-gerakan yang menginisasi untuk membangun kesadaran membantu sekaligus membuka peluang-peluang bagi kita yang mampu untuk berdonasi membantu sesama yang membutuhkan. Setidaknya kita-kita hari ini dapat sedikit merasakan apa yang dirasakan oleh saudara-saudara kita di Palestina, Suriah, Yaman, Irak, Afrika, Ughyur, serta negara-negara lainnya yang terisolasi di tempat sendiri, kehilangan orang yang dicintai, kecukupan makanan, kenikmatan beribadah, kebebasan yang dibatasi, dan berada di bawah ancaman kematian kaan?
Ternyata tagline #dirumahaja mampu menggambarkan banyak hikmah dan pembelajaran bagi manusa yang menggunakan akalnya. Membuat saya sadar kalau masih banyak yang harus diperbaiki dan dipersiapkan untuk masa depan Indonesia nanti. Terima kasih kepada para petugas medis, relawan serta orang-orang baik yang turut serta membantu sesama dalam menghadapi masa sulit ini bersama-sama. Indonesia bisa, Indonesia hebat. Lawan Covid-19!