Dicari: Petani Muda Berdaya!

Dicari: Petani Muda Berdaya!

Oleh: Anas Tasia Wijayanti, Awardee Beasiswa Aktivis Nusantara (BAKTI NUSA)

 

Pertanian adalah sektor strategis untuk menjamin ketahanan pangan nasional. Namun, masalah besar yang dihadapi saat ini adalah semakin berkurangnya jumlah petani, khususnya petani muda.

 

 

Unay-Gailhard pada 2022 menyoroti kurangnya representasi positif petani di media, hal tersebut berkontribusi pada rendahnya minat anak muda untuk memilih pertanian sebagai karir mereka. Para pemuda masih memiliki persepsi negatif terhadap profesi petani yang dianggap kotor, berat, dan kurang bergengsi. Padahal kehadiran petani muda sangat penting guna memastikan kesinambungan produksi pangan dan membawa inovasi dalam praktik bertani.

 

 

 

Para pemuda dapat berperan dalam menjawab tantangan lokal, regional dan global, seperti keterbatasan lahan, perubahan iklim, dan fluktuasi harga pangan. Mereka dapat memainkan peran untuk melakukan perubahan sosial dalam rangka menyelesaikan isu-isu tersebut. Oleh karena itu, diperlukan aksi pendidikan transformatif (Transformative EduAction) dalam rangka melahirkan petani muda. Sebab itu lah penting bagi semua pihak –baik pemerintah, lembaga pendidikan, maupun masyarakat- mendukung tumbuhnya petani muda yang tidak hanya produktif, tetapi juga memiliki jiwa kepemimpinan kuat. Dengan demikian, pertanian Indonesia akan memiliki fondasi kokoh untuk mewujudkan ketahanan pangan  berkelanjutan serta regenerasi petani berkualitas di masa depan.

 

 

Tak sampai di sana, kehadiran petani muda diharapkan mampu memimpin komunitas pertanian yang  mencakup kemampuan mengadopsi teknologi pertanian modern, membangun relasi, mengambil keputusan strategis, serta menginspirasi petani lain untuk beralih ke pertanian yang lebih maju dan berkelanjutan agar mendorong transformasi pertanian di masa depan.

 

Kegelisahan melihat sedikitnya anak muda yang mau bertani membuat saya tersadar bahwa masa depan pangan sedang terancam. Di Karanganyar, wilayah yang kaya potensi, masih santer stigma bahwa “bertani tidak keren” membuat generasi muda menjauh dari tanah yang seharusnya mereka jaga.

Berawal dari keresahan sekaligus kepedulian terhadap tantangan sektor pertanian, saya menginisiasi Karanganyar Berdaya, gerakan yang mengajak pelajar dan pemuda melihat pertanian sebagai profesi modern dan bermartabat. Melalui edukasi, praktik menanam, serta kolaborasi dengan lebih dari 20 mitra, Karanganyar Berdaya membuka ruang belajar agar mereka berani kembali ke sawah dengan cara lebih inovatif demi mengubah pandangan agar lebih banyak anak muda kembali mencintai tanahnya dan bangga menjadi bagian dari pertanian Indonesia.

 

Di tahun pertamanya, Karanganyar Berdaya berKolaborAksi bersama Taruna Tani Lestari di Kecamatan Mojogedang dan menjangkau 100 siswa SMP, 20 mahasiswa, dan 17 anak muda. Kegiatannya meliputi pembuatan pupuk organik, budidaya cacing, hingga inovasi vermikompos. Kini, mereka aktif melakukan sosialisasi ke sekolah-sekolah di Karanganyar untuk memperkenalkan pertanian berkelanjutan dengan cara seru dan menyenangkan.

 

Lebih dari sekadar angka, Karanganyar Berdaya menjadi langkah kecil membangun ekosistem peduli dan regeneratif agar keberlanjutan dampak di sektor pertanian dapat terus bergulir. Saya percaya, perubahan selalu dimulai dari kesadaran untuk peduli, lalu diperbesar melalui kolaborasi. Karanganyar Berdaya akan terus tumbuh, membuka ruang bagi siapa pun yang ingin berkontribusi dan memberdayakan.  Karena setiap langkah, sekecil apa pun, adalah bagian dari perjuangan untuk menjaga kehidupan dan harapan.