Bijak Memulai Hari Baru

Saat bangun di pagi hari mungkin kita merasa marah, kecewa, sedih atas perbuatan yang dilakukan. Terlintas pula pikiran bahwa manusia begitu kejam, tak ada belas kasihan untuk tangan dan lidah mereka. Dapat pula berfikir dan meramu rasa bijak dalam hati, bahwa hari kemarin telah berlalu dan saatnya menghadirkan kebaikan dengan bijak untuk pagi ini, hari ini dan saat ini.

Segala puji dan syukur hanyalah milik Allah yang telah memberi kita kehidupan setelah Dia mematikan kita, dan kepadaNya saja kita akan dibangkitkan.

Merenungkan doa ini, akhirnya menyadari kata “kebangkitan” itu sendiri. Bahwa bangun kita di pagi hari adalah kebangkitan ; sebuah kehidupan baru.

Kehidupan baru di sini adalah hidup dengan semangat baru, paradigma baru, dan keyakinan baru bahwa kita bisa meraih apa pun tujuannya selama kita mau terus-menerus memperbaiki mental dan ikhtiar. Kehidupan baru memberikan sesuatu yang lebih baik daripada hari ini atau hari-hari sebelumnya. Masih diberi kesempatan untuk berbuat sesuatu yang bermanfaat bagi diri, lingkungan, dan orang-orang yang tercinta.

Banyak hal yang telah dilewati. Banyak hal yang ingin diraih. Banyak pula keinginan yang belum terwujud. Namun yang penting adalah bagaimana mengisi hidup kita, hari ini, saat ini sebagai anugrah serta berkah yang Allah berikan. Dalam hidup ini kita diberi pilihan, apakah akan mengisinya dengan sesuatu yang sia-sia? Sesuatu yang biasa-biasa saja? Atau sesuatu yang luar biasa? Setiap diri manusia pasti memiliki potensi dan keunikan. Kesempatan selalu terbentang untuk memulai hal baru yang lebih baik dan lebih memberdayakan.

Setiap pagi, Allah telah memberi kesempatan baru dan kehidupan baru. Dia tidak hanya membangunkan tubuh kita, tapi juga hati dan jiwa kita. Dengan memasuki hari baru dan kehidupan baru, maka di kebeningan hati, kita sadari bahwa tidak ada satu kesalahan pun akan luput dariNya dan tidak ada satu kezaliman pun atas diri kita yang akan terhapus dari catatanNya. Kita akan dikembalikan kepadaNya dan semua masalah akan diselesaikan.

Allah lah yang akan menimbang semua perbuatan, semua perkataan dan semua niat. Bukan berdasarkan persepsi kita atau bahkan orang lain. Dia akan menimbangnya sebagaimana adanya. Dia Maha Pengampun namun juga Maha Adil. Dia takkan menilai kita seperti persepsi orang lain, namun berdasarkan kebenaran dibalik semua itu.

Merenungkan hal tersebut dapat menjelaskan dimanakah posisi kita sebenarnya saat ini, hanya Allah yang mampu menilai, dan tugas kita adalah berbuat sebaik-baiknya.

Sembari menjalani hari ini, dengan memupuk sebuah harapan baru, menyadari pula bahwa ini mungkin hari terakhir kita. Lakukanlah apa yang kita mampu untuk menebus kesalahan terhadap siapa pun. Menghargai mereka yang dengan tulus telah menjadi cermin pengingat, menunjukkan kesalahan tanpa menafikan kebaikan kita, dan mengembalikan semuanya pada penilaian Allah swt.

Oleh : Nadia Karimah (PM BAKTINUSA 9 BANDUNG)