Untuk apa berqurban? Dahulu kala, Qabil dan Habil diperintahkan untuk berqurban; Nabi Ibrahim diperintahkan untuk meng’qurban’kan anaknya sendiri; hari ini kita diperintahkan untuk berqurban dengan kambing dan sapi. Memangnya apa esensi dari berqurban ini?
Pada hari raya itu, hewan-hewan qurban yang dikorbankan oleh beberapa orang dipotong dan dagingnya dibagikan kepada masyarakat. Coba pikirkan, apa bedanya fenomena tersebut dengan fenomena ini: ada seseorang yang menghadiahkan sepasang sepatu kepada seorang anak. Perbedaannya jelas berada pada benda yang diberikan. Namun, esensinya tetap sama, yaitu ‘Berkorban’ dan ‘Berbagi’. Allah memberikan pembelajaran luar biasa kepada seluruh hambanya tentang berkorban dan berbagi pada hari raya ini. Maka, sesungguhnya pembelajaran ini patut disyukuri dengan mengaplikasikannya kapanpun, tidak hanya saat hari 10 Dzulhijjah saja.
Dalam setiap ‘berbagi’, kita jelas akan ‘berkorban’—berkorban harta, tenaga, waktu, dan lain-lain. Rugi? Jangan salah, justru dengan pengorbanan tersebut kita akan mendapatkan the greater good dengan berbagi. Walaupun kata-kata tersebut belum bisa dibuktikan dengan teori di ekonomi atau perhitungan matematika atau kalkulus yang rumit, banyak orang yang telah membuktikan hal tersebut dan mengambil ‘berbagi’ sebagai hal terpenting dalam hidupnya. Penulis sendiri telah membuktikan bahwa berbagi adalah hal terpenting dalam hidup ini. Penulis tidak mendapatkan kepuasan nyata saat mendapatkan nilai paling tinggi di sekolah, teman paling banyak, atau status sosial paling prestis. Kepuasan hidup baru dirasakan penulis saat berbagi, sehingga berkorban hal-hal duniawi jelas sangat worth it untuk ditukarkan dengan kepuasan hidup.
Sebaik-baiknya manusia adalah yang paling bermanfaat untuk orang lain
Bersyukur dan Berbagi
Berbagi tidak perlu dianggap sesuatu yang berat. Lakukan ‘berbagi’ ini dengan apapun yang kita miliki. Jika kita memiliki segelas air, berbagilah dengan itu. Jika kita hanya memiliki sebuah permen, berbagilah dengan itu. Maka, bersyukur adalah sesuatu yang perlu kita lakukan karena dengan bersyukur, kita akan menyadari bahwa apapun yang kita miliki adalah hal yang berharga dan patut untuk dipakai untuk berbagi.
Qabil berqurban dengan hasil kebunnya sementara Habil berqurban dengan hewan ternaknya. Tanpa melihat kualitas qurban mereka seperti yang ada dalam kisah kisah, kita melihat bahwa berkorban dan berbagi bisa dilakukan memakai apapun yang kita miliki dan yang bisa kita kontribusikan. Jika kita tidak memiliki harta, kita bisa berbagi dengan ilmu kita. Jika kita tidak mampu berbagi dengan menulis buku, kenapa kita tidak berbagi dengan membantu membagikan buku? Semua orang terlahir dengan kapabilitas dan rezekinya masing-masing. Tidak perlu melihat apa yang diberikan orang lain. Berkorban-lah apa yang bisa kita korbankan dan berbagi-lah apa yang bisa kita bagikan.