Ditulis oleh Musfira Muslihat (PM BAKTI NUSA 9 Yogyakarta)
Ikhlas adalah dengan tidak merasa ikhlas. Dalam keseharian masing-masing orang melawan dirinya, ada yang menang dan ada yang kalah. Dibalik segala proses yang membuat patah, maka Tuhan masih memberikan perekat untuk menyambungnya kembali. Tujuan hidup adalah bukan untuk memudarkan luka, tapi menerima luka yang sudah digariskan. Lokasi luka, bentuk sahatannya, dan rasa sakitnya. Berteman dengan luka adalah cara strategis untuk mencapai tujuan hidup, yaitu selamat. Luka akan membuat langkah seolah perlahan melambat, agar mata dan telinga bisa lebih celi memaknai apa yang sedang terjadi. Sedangkan, setelah luka semakin kering maka langkah pun akan bisa kembali berlari. Begitulah ritme hidup seharusnya terjadi. Cukup agar tetap berjalan walau sedang terluka.
Luka sudah semakin parah. Berhentilah sejenak dalam melangkah. Ambillah obat luka, tenangkan diri tanpa marah, menyalahkan, kecewa, dan penyesalan. Cukup obati luka dengan obat yang tepat. Jika luka karena orang tua, ambillah sepucuk kenangan yang menjadi alasan pengalaman tersebut tertinggal di memori, rasakan pengalaman tersebut, mulailah menata kembali pengalaman dengan pengorbanan orang tua yang barangkali bersembunyi di lorong gelap memori, ambillah kembali, dan tatalah pengalaman itu sampai menuai kata maaf. Berbeda soal luka atas dia yang menjadi sahabat, teman hidup, atau hanya sekedar kenalan, luka itu tersebut dikotak hati sebelah mana?. Jika ia dikotak yang mudah dibuka maka bukalah rasa luka itu dan segeralah dibuang. Jadikan angin lalu, toh tujuan hidup kita adalah selamat. Dengan melepaskan luka sederhana itu, hidup akan selamat karena tidak mengurusi hal yang remeh-temeh. Berbeda jika luka tersebut berada dikotak yang sulit dibuka. “sudah sulit dibuka, yaa tidak bisa dibuang begitu saja”. Akhirnya pun kita tetap harus membuang luka tersebut. Tapi kita harus memahami ada proses panjang yang terbentang, tarik doa dan tangan teman untuk bersama membuang luka tersebut. Sudah banyak orang yang membuktikan jika luka tersulit sekalian pun dapat dibuang demi mencapai tujuan hidup, yaitu selamat.
Proses ikhlas merupakan proses penerimaan yang diiringi perilaku. Sehingga ikhlas menjadi salah satu obat dari setiap luka, walau memiliki kadarnya masing-masing. Ia efektif menyembuhkan luka dan memiliki efek samping untuk memahami hakikat Tuhan. Tuhan merupakan pencipta alam semesta dan tidak memerlukan dzat yang menciptakannya. Ia pencemburu. Wajar saja, makhluk-Nya yang disebut manusia, menjadi makhluk yang lupa akan segala hakikat kemanusiannya. Manusia akan selalu mencari tempat untuk menggantungkan harapannya. Bahkan seorang pengganggur yang berakal pun masih berharap untuk bisa makan esok hari, itulah sebuah harapan. Maka pantaslah semua harapan digantungkan pada Tuhan, yang disebut Allah. Dari sebuah arti keikhlasan yang akan terus belajar.