nasir, bakti nusa padang

Amanah Kepemimpinan Bangsa

oleh Muhammad Nasir (PM BAKTI NUSA 9 Padang)

The Leader of Leaders, kutipan dari Grand Design Bakti Nusa Dompet Dhuafa Pendidikan tersebut memiliki hakikat yang begitu universal dan mendalam dalam artian esensi dari manusia, tak dapat dinegasikan bahwa manusia diciptakan dan ditempatkan dimuka bumi adalah sebagai pemimpin, paling tidak adalah pemimpin bagi diri sendiri, maka suatu keniscayaan bagi seseorang untuk melebihi batas antara dimensinya ialah untuk senantiasa ikhtiar dan belajar, sebagai langkah dan modal awal seseorang menapaki satu-persatu fase kehidupan, yang selanjutnya sedikit demi sedikit akan mengantarkan seseorang kedepan gerbang makna kehidupan yang sesungguhnya, dengan konsisten ikhtiar dan belajar akan meningkatkan kualitas, kapasitas serta kapabilitasnya sebagai pribadi, sebab potensi untuk memperoleh kemajuan  ditawarkan melalui langkah tersebut.

Senada dengan ajaran Islam pun hal ini  juga telah diterangkan jauh sebelumnya oleh  Allah Swt melalui Rasulullah SAW  semenjak awal abad  ke-7 (tujuh) masehi, dimana Firman Allah Swt  dalam Al-Qur’an Surah Ar-Rad ayat 11 diterangkan :  “Sesungguhnya Allah tidak akan mengubah nasib suatu kaum kecuali kaum itu sendiri yang mengubah apa apa yang pada diri mereka” Maha benar Allah dengan segala Firman-Nya.

Dapatlah kita memetik  hikmah dan maslahah dibalik firman Allah Swt tersebut bahwasanya manusia diberi otoritas oleh Yang Maha Pencipta untuk menentukan sendiri arah pilihannya guna mengejewantahkan track yang akan ditempuh kedepan dengan tuntunan dua perkara yakni Al-Qur’an dan Hadist, manusia sebagai makhluk yang paling sempurna diciptakan oleh Allah Swt karena  dianugerahi  dengan dua modal utama yaitu predisposisi (kecenderungan) dan intelegensi (akal pikiran). Tentulah kiranya manusia yang bijak  dengan modal dua instrumen penting tersebut dapat memilih dan menentukan pilihan yang menjadi seharusnya.

Menjadi konsekuensi logis ketika  keseharian tak akan lepas dari kesulitan, namun suatu kesulitan bukan harus ditakuti  tetapi dihadapi dengan penuh kepercayaan diri, sebab jiwa yang kuat akan melihat sebuah masalah sebagai ladang menempa kapasitas diri yang di  anugerahi oleh Allah Swt, sebab apabila dicermati  dengan seksama seperti yang dikatakan didalam QS : Al-Insyirah ayat 6  bahwa dibalik kesulitan ada kemudahan, dan benarlah dogma realitas yang yang berkembang mengatakan bahwa untuk mendapatkan mutiara indah dilautan maka harus berani menyelam dilaut dalam. Berbicara mengenai aktivitas keseharian setidaknya saat ini kita berada pada tiga fase dan siklus lingkungan dalam kehidupan, pertama lingkungan keluarga, kedua lingkungan pendidikan dan ketiga lingkungan sosial, maka untuk mewujudkan terciptanya kawah insan candradimuka demi mewujudkan mahakarya akbar insan bagi lingkungan sekitarnya dituntut keberhasilan menjalani ketiga fase tersebut, yang akan diuraikan sebagai berikut.

Pertama, Lingkungan keluarga, keluarga merupakan lingkungan perdana yang ditemui manusia seketika sesaat ia dilahirkan, dimana tidak ada otoritas seseorang untuk memilih lahir dari latar belakang keluarga mana, namun telah ditakdirkan oleh Allah Swt demikian, ada yang terlahir dari keluarga yang memiliki kemampuan finansial mapan, ada yang dilahirkan dari keluarga yang berkekurangan, namun pada kondisi esensialnya  hal tersebut tak dapat kita tolak ataupun tak punya kuasa untuk memilih, namun bukan berarti ketika seseorang dilahirkan dari kalangan keluarga berkekurangan akan tertutup kesempatannya untuk  melebihi ekspektasi capaian sebab disitulah justru dapat dijadikan nilai tambah sebagai awal mula dorongan energi positif untuk mendapatkan motivasi lebih bahwa tak ada alasan untuk tidak berbuat lebih. Apalagi didorong rasa cinta  kepada kedua orang tua yang notabene nya adalah salah satu orang yang paling utama menjadi  alasan kita untuk  mencapai titik capaian terbaik. santun dan mengabdi pada orang tua serta meraih kebaikan adalah cara terbaik untuk membalas jerih payah dan cucuran peluh mereka selama ini, walaupun memang kasih orang tua tak akan mampu  dibalas sepenuhnya walaupun dengan emas segunung tetapi demikianlah setidaknya cara pengabdian yang riil kepada orangtua.

Kedua, Lingkungan Pendidikan, pada tahap transformasi diri  pribadi telah diberi otoritas untuk menentukan arah pendidikan yang akan ditempuh, disinilah mulai berangsur akan terbentuk mindset seseorang ketika ia memiliki kesempatan mempelajari banyak hal di dunia pendidikan maka besar pengaruh dari pribadi apakah dapat memanfaatkan peluang tersebut secara maksimal atau sebaliknya, banyak yang berhasil melaluinya pada track yang benar namun tak sedikit pula yang berada pada jalur yang tak sepatutnya maka kebijaksanaan akan diri seseorang dituntut pada fase ini, terlebih pada fase Pendidikan Tinggi.

Perlu disepakati bersama , bahwa dunia Pendidikan bukan hanya bicara siklus belajar dikelas, namun harus lebih daripada itu, karena kita tidak akan pernah menemui arti dari ilmu yang didapat tanpa langsung mengaplikasikannya dalam kehidupan sehari-hari, yaitu dapat kita mulai dengan kegiatan diskusi dalam kelompok belajar, aktif dalam kegiatan kemahasiswaan, aktif pada kegiatan pengabdian masyarakat, mengikuti event-event yang dapat melatih softskill serta kegiatan positif lainnya, dan tak lupa untuk melatih kemampuan teamwork, sebab diera perubahan yang begitu cepat saat sekarang ini keberhasilan terbesar itu adalah keberhasilan yang digapai secara bersama-sama karena dengan begitu kita ibarat telah berinvestasi untuk menyusun dan merangkai puzzle kesuksesan guna menyongsong mahakarya  agung bagi agama, bangsa dan negara dimasa yang akan datang.

Ketiga, Lingkungan sosial, ialah lingkungan dimana kedewasaan dan kecakapan seseorang akan sangat diuji sebab seseorang akan bertanggungjawab penuh akan dirinya, pengimplementasian akan ilmu yang pernah dienyam telah kongkrit untuk ditunaikan pada tahap ini, seseorang yang ingin menggapai arti pengabdian hendaklah mengambil peran penting dimasyarakat dengan menebar manfaat secara nyata sesuai dengan passion dan keahlian yang ia miliki, jika tidak mampu mengikuti dinamika yang ada dimasyarakat  maka resiko terburuknya adalah seseorang tersebut akan tergilas oleh zaman, maka mahakarya yang menjadi tujuan tentulah hanya menjadi wacana belaka.

Sebagai mahasiswa generasi milenial yang berinteklektual dan berakhlak sudah selayaknya bukan hanya bicara dan memikirkan akan kepentingan pribadi dan sanak famili melainkan juga meletakkan kepentingan kolektif bangsa sebagai list prioritas yang diiringi dengan aksi terstruktur,sistematis, masif dan solid guna terlibat aktif di lingkungan sosial masyarakat secara berkesinambungan, selain itu juga dapat diejawantahkan dengan menyumbangkan ide-ide segar untuk meningkatkan taraf hidup dan kualitas masyarakat secara meluas. Maka dengan menjalani fase-fase kehidupan yang terhidang dengan sebaik-baiknya maka akan menciptakan sebuah mahakarya kehidupan bukanlah sesuatu yang mustahil apabila hal itu telah ditunaikan maka bersiaplah menjadi pemimpin diantara pemimpin dengan selalu menjunjung tinggi akhlakhul karimah kepemimpinan dan keteladanan sebagaimana dicontohkan oleh Rasulullah SAW yakni Siddiq, Amanah, Fathonah dan Tabligh yang formulasikan  oleh program BAKTI NUSA Dompet Dhuafa Pendidikan menjadi 4 profil sempurna kepemimpinan yang diusung pada era millenial saat  ini  yakni Pemimpin yang Berintegritas, Cendikia, Transformatif dan Melayani. Sungguh sebuah wakaf gagasan dan tindakan yang begitu progresif untuk menuju kemaslahatan ummat dan dunia.