Ada Misi Kepemimpinan Kemanusiaan yang Pemuda Perlu Pahami di Future Leader Challenge (FLC) 2020

Bandung – Membangkitkan jiwa kepemimpinan pemuda jelas bukan hal yang mudah. Meski dianggap memegang peranan penting dalam kemajuan suatu bangsa, nyatanya menciptakan pemuda berkarakter, berjiwa pemimpin, dan berkontribusi butuh proses dan komitmen. Beasiswa Aktivis Nusantara (BAKTI NUSA) sebagai program pengembangan kepemimpinan bagi aktivis mahasiswa yang berada di bawah naungan Dompet Dhuafa Pendidikan, terus menerus berupaya membentuk pemimpin berkarakter dan kompeten untuk wujudkan Indonesia berdaya.

Sebagai sarana pengembangan kemampuan kepemimpinan, BAKTI NUSA menghelat Future Leader Challenge (FLC) 2020 yang dilaksanakan daring via ZOOM. Tak hanya mewadahi para pemuda, FLC 2020 juga memfasilitasi mereka dengan mentor-mentor terbaik yang akan menggembleng dan membangkitkan jiwa kepemimpinan mereka. Di sesi Discovering Insight yang diadakan pada Sabtu (19/09), Bambang Suherman, Direktur Pengembangan Zakat Dompet Dhuafa, memperkenalkan konsep Misi Kepemimpinan Kemanusiaan yang akan menjawab kebutuhan pemuda zaman ini terkait permasalahan kemanusiaan.

Bambang mengatakan ada tiga aspek besar di sebuah misi kepemimpinan dalam konteks kemanusiaan yakni menguatkan masyarakat, mengoptimalkan potensi yang tersedia, dan menciptakan sistem yang unggul dalam proses intervensi.

“Berbicara tentang kepemimpinan maka misi kita ialah menguatkan masyarakat, kehadiran kita harus bisa membuat mereka merasa kuat,” ujar Bambang. Ia menambahkan, ketika berkomitmen mengurusi masalah kemanusiaan maka penting melakukan identifikasi potensi lokal dan jadikan potensi tersebut aset penguatan masyarakat. “Kenapa? Karena ini adalah bagian dari misi kepemimpinan di mana kita mampu membangun ruang-ruang produktif dengan potensi yang tersedia di situ,” jelasnya.

Dalam melakukan proses misi kepemimpinan kemanusiaan, pemuda wajib melakukan intervensi ke  sebuah proses pemaksimalan potensi sumber daya baru untuk kemaslahatan masyarakat demi membangun sistem yang unggul. Dalam penjelasannya, Bambang melihat sistem yang unggul sebagai sebuah kemampuan bersaing berdasarkan perubahan teknologi dan behaviour.

“Seorang pemimpin harus bisa menciptakan pengaruh dan mampu mempengaruhi, pastikan kehadiran kita ditunggu-tunggu. Hal ini jelas tidak dibangun dengan cepat, hanya saja kita bisa memaksimalkan diri dengan banyak terlibat di kegiatan masyarakat, terus berlatih menjadi orang yang penuh kontribusi, dan menjadi solusi di setiap kondisi,” kata Bambang di hadapan enam puluh penerima manfaat dari empat belas kampus terbaik di Indonesia.

“Jangan batasi diri kita dari peluang dan kesempatan, meski bukan orang yang suka terlibat dalam hal-hal produktif namun ketika memilih terjun ke dunia kemanusiaan maka kita harus lebih terbuka dan tidak menarik diri. Kita punya potensi besar mengubah sesuatu,” tegas Bambang.

Pemuda menurut pandangan Bambang mesti bisa beternak kompetensi. Dengan beternak kompetensi maka pemuda bisa menjadi produsen gagasan, bisa menjadi sosok yang terlihat menarik di mata masyarakat, dan bisa mengelola aset masyarakat lebih produktif.

“Kunci memaksimalkan diri dalam misi kepemimpinan kemanusiaan ialah perluas pertemanan, jangan tebang pilih, dan pastikan kita dan mereka memiliki visi misi yang sama sebagai pembuka jaringan strategis kontributif dan bisa menciptakan pergerakan baru di masyarakat,” tandas Bambang.

FLC 2020 bertujuan membentuk para pemuda agar dapat memaknai arti penting kepemimpinan dan memahami bahwa Indonesia membutuhkan sosok Disruptive Leaders. Bukan itu saja, harapannya sesi Discovering Insight mampu membuat penerima manfaat BAKTI NUSA berkembang menjadi sosok terbaik versi mereka. (AR)