Menikah merupakan salah satu momen dalam kehidupan seseorang yang dapat menjadi titik awal transformasi besar dalam hidup. Oleh sebab itu, kita perlu menyiapkan diri dengan baik untuk menghadapi fase tersebut. Meski ada berbagai versi mengenai kesiapan menikah, berikut ada lima parameter siap menikah yang didapatkan penulis pada saat mengikuti salah satu kelas pra nikah:
1. Siap Rohani
Siap rohani dapat didefinisikan ketika kita terbiasa menyempurnakan ibadah wajib dan senang menghiasi dengan ibadah sunnah. Ketika sudah menikah, tentu semakin banyak (tanggungan) amanah. Sekiranya kita tidak memiliki kebiasaan menjalankan ibadah dengan baik sebelum menikah, ditakutkan setelah menikah relatif akan lebih sulit untuk meningkatkan kualitas dan kuantitas serta istiqomah dalam beribadah. Alangkah lebih bijak untuk membiasakan diri beribadah dengan baik dan benar sebelum menikah, sehingga setelah menikah kedekatan kita dengan Allah bukan menjadi menurun akibat mengurusi hal-hal dalam rumah tangga melainkan semakin naik disebabkan semangat ingin menjaga keistiqomahan ibadah semasa masih lajang atau bahkan meningkatkan kualitas dan kuantitas ibadah kita.
2. Siap Mental
Siap mental terdiri dari beberapa poin, antara lain positive thinking, emosi stabil, motivasi tinggi, empati dan siap bekerjasama. Perasaan insecure dan kecemasan berlebih perlu diatasi. Termasuk semisal ada luka batin/trauma. Hal ini dapat menyakiti pasangan, sebab perasaan tersebut dapat memicu emosi berlebih seperti kecurigaan berlebih, mudah tersinggung, mudah marah dan emosi negatif lainnya. Trust issue menjadi salah satu momok dalam menjalin hubungan termasuk pernikahan. Oleh sebab itu, positive thinking sangat diperlukan agar pasangan tidak merasa terintimidasi dan merasa dipercayai. Namun, kepercayaan tersebut tentu harus dijaga pula dengan tetap membangun komunikasi yang baik. Kedewasaan dan stabilitas mental diperlukan agar masalah kecil yang terjadi tidak membesar karena sekadar mempertahankan ego kekanak-kanakkan. Hal ini tentu perlu diikuti motivasi tinggi dan empati agar antar pasangan dapat saling menghargai dan memberikan bahasa kasih sayang yang tepat kepada pasangan.
3. Siap Fisik
Siap fisik dapat dilihat dari kebiasaan olahraga, pola makan dan minum serta pola istirahat seseorang. Setelah menikah tentu akan semakin banyak energi yang diperlukan dalam mengelola rumah tangga, sebagai contoh mengurus dan mendidik anak. Fisik yang prima diperlukan agar kita tidak mudah sakit dan dapat memaksimalkan diri dalam rawat tumbuh kembang si kecil. Hal tersebut dapat kita peroleh dengan rutin berolahraga, menjaga dan memperhatikan asupan nutrisi yang kita konsumsi serta tidur dan istirahat yang cukup. Selain itu, menjaga kesehatan serta kesuburan alat reproduksi juga diperlukan. Caranya dengan menjaga pola makan dan minum serta memperhatikan kebersihan pada area kemaluan. Kebiasaan menjaga tubuh agar tetap fit sebenarnya juga merupakan bukti bahwa diri kita mampu dan selesai dalam merawat diri sendiri sehingga dapat lanjut dalam merawat pasangan dan anak.
4. Siap Keuangan
Siap keuangan dapat didefinisikan dengan berdikari. Mampu untuk hidup mandiri. Minimal mampu memenuhi hal-hal pokok diri sendiri. Lebih baik lagi jika mampu untuk membantu untuk memenuhi kebutuhan pokok orang lain. Selain itu, memiliki mindset yang jelas dan rapi dalam menganggarkan pendapatan untuk ‘pos pengeluaran’ mulai dari kebutuhan primer hingga tersier, termasuk mampu untuk menghemat pengeluaran dari hal yang sifatnya tidak ‘urgent‘. Tentu terbiasa untuk mengeluarkan sebagian hartanya secara rutin untuk sedekah dapat menjadi nilai plus.
5. Siap Keluarga
Siap keluarga dapat didefinisikan dengan ‘SIM’, surat izin menikah dari keluarga. Terutama dari keluarga inti. Jika belum mendapatkan izin dari orang tua untuk menikah, maka selesaikan dahulu perizinannya. Salah satu yang umum yang menjadi kendala dalam izin adalah kurangnya kepercayaan orang tua terhadap kesiapan anak dalam membangun rumah tangga. Hal ini dapat diselesaikan dengan menyiapkan diri kita dengan ‘4 parameter kesiapan’ lainnya dan ‘membuktikan’ kepada orang tua bahwa kita memang sudah siap menikah.
Demikian lima parameter kesiapan nikah yang penulis peroleh. Semoga dapat bermanfaat bagi kita semua.