Waspada Tanotphobia terhadap COVID-19

Tepat pada tanggal 2 Maret 2020 Presiden Jokowi mengumumkan kasus pertama virus corona di tanah air. COVID-19 atau biasa yang dikenal dengan virus corona merupakan virus yang awalnya dideteksi di kota Wuhan, China diawal desember tahun 2019. Virus tersebut merebak sangat cepat dan hanya dalam waktu satu bulan sudah terdapat 800 kasus virus corona di dua puluh wilayah China serta sembilan negara. Virus corona menyebar sangat cepat karena dapat menular dari manusia ke manusia. Hingga bulan maret 2020 WHO sudah melansir secara global jika terdapat 90.870 orang yang teridentifikasi virus corona dan 2.946 orang yang meninggal di China serta 166 kasus kematian di luar China.

Penularan yang cepat dari virus corona dapat memunculkan fobia takut mati atau tanotphobia. Tanotophobia merupakan kecemasan atau perasaan takut akibat pemikiran terhadap kematian atau segala hal yang berhubungan dengan kematian (Sinoff, 2017). Faktor yang memengaruhi individu mengalami tanotophobia adalah religiusitas, gender, keadaan psikologis, dan usia. Namun faktor yang sangat memengaruhi adalah keadaan psikologis. Khususnya orang-orang dengan keadaan psikologis cemas.

Umumnya tanotphobia terjadi pada rentang perkembangan dewasa. Misalnya saja jika dalam keluarga terdapat lansia, maka orang dewasa dikeluarga tersebutlah yang cemas karena takut orang tua mereka meninggal, namun lansia tersebut tidak setakut itu dalam menghadapi kematian (Sinoff, 2017). Usia lansia umumya lebih bijak menghadapi kematian sehingga ketakutan terhadap pikiran kematian dapat lebih rendah daripada usia dewasa.

Dewasa, perempuan, orang dengan kepercayaan diri rendah, dan orang dengan gangguan emosi mudah mengalami tanotphobia. Dilain sisi, orang-orang yang rentan terjangkit virus corona adalah usia 49 hingga 56 tahun. Umumnya pasien yang terjangkit virus corona merupakan pasien yang memiliki penyakit penyerta, seperti diabetes, hipertensi, dan kardiovaskular. Sehingga usia lanjut yang meninggal akibat virus corona disebabkan karena kegagalan beberapa organ tubuh. Namun orang dewasa dengan sistem imun yang baik dapat mengalami tanotphobia walaupun tidak rentan terjangkit virus corona.

Di Indonesia sendiri pemberitaan mengenai corona menjadi perhatian khusus, dimulai dari warga Natuna yang sempat menolak untuk menerima WNI dari Wuhan yang akan diobservasi di Natuna dan pengumuman terbaru jika sudah ada dua WNI yang terjangkit virus corona.  Hal tersebut dapat mengundang tanotophobia (kecemasan kematian). Khususnya bagi orang-orang yang rentan mengalami kecemasan kematian. Oleh sebab itu edukasi mengenai penyebaran virus corona, upaya preventif, dan informasi valid harus selalu dimasifkan agar orang-orang yang rentan mengalami tanotophobia tidak mengalami kecemasan belanjut.

Pencegahan itu akan selalu lebih baik daripada mengobati. Setiap orang harus waspada agar tidak terjangkit virus corona. Namun jika kewaspadaan disertai dengan kecemasan yang berlebihan maka dapat membuat orang yang bersangkutan akan sulit produktif. Kecemasan yang berlanjut dapat mengubah kehidupan sehari-hari, seperti takut berinteraksi dengan orang banyak, menjaga kebersihan dengan berlebihan, dan upaya lain yang menganggu aktivitas. Semoga diri kita tetap waspada terhadap virus corona dan tetap produktif.

 

 

Sumber:

https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC5326787/

https://jamanetwork.com/journals/jama/fullarticle/2760782

https://www.who.int/docs/default-source/coronaviruse/situation-reports/20200303-sitrep-43-covid-19.pdf?sfvrsn=2c21c09c_2

https://www.bbc.com/indonesia/indonesia-51411440

https://systems.jhu.edu/research/public-health/ncov/