Bonus Demografi dan Generasi Millenials

Bonus Demografi dan Generasi Mileneals

Oleh

Agung Pramudio

(PM BAKTI NUSA 9 PADANG)

(Menteri Komunikasi dan informasi BEM KM UNAND 2019)

Indonesia adalah negara yang kaya dengan sumber daya alam yang melimpah. Tumbuh dengan segala potensi kemajuan yang diramalkan oleh para ahli, dimana pada tahun 15-20 tahun nanti, indonesia akan mengalami bonus demografi. Bonus demografi tersebut adalah akibat dari berubahnya struktur umur penduduk yang ditandainya dengan menurunnya rasio antara jumlah penduduk non produktif (usia kurang dari 15 tahun dan 65 tahun keatas) terhadap jumlah penduduk usia produktif (usia antara 15 sampai 65 tahun). Bonus demografi merupakan fenomena langka karena akan terjadi satu kali sepanjang sejarah indonesia. Ini mengingat, bonus demografi tersebut terjadi ketika proporsi            jumlah penduduk usia produktif berada diatas dua pertiga dari jumlah penduduk keseluruhan. Keuntungan ini sangat ditentukan oleh generasi milenials yang akan melanjutkan pengelolaan negara dan bangsa ini. Ini dikarenakan pada tahun 2015, indonesia mempunyai rasio ketergantungan sebesar 49,20 persen yang berarti persentase tersebut mengambarkan jumlah penduduk usia produktif mencapai sekitar 67,02 persen dari jumlah penduduk indonesia secara keseluruhan. Sehingga, angka ini kita kaitkan dengan jumlah generasi persentase generasi milenials tahun 2017 yang berkisar pada angka 33,75 persen dari jumlah penduduk keseluruhan. Ini berarti bahwa sumbangan generasi mileneals dalam membentuk struktur jumlah penduduk usia produktif cukup tinggi, karena sekitar 50,36 persen dari jumlah penduduk usia produktif yang pada dasarnya didominasi oleh generasi milennials. Perhitungan ini berasumsi bahwa rasio ketergantungan tahun 2015 dengan 2017 adalah sama.

Berbicara tentang generasi mileneals maka tidak akan terlepas dari awalnya muncul kata milenials itu sendiri. Sejarah mencatat bahwa pengelompokan generasi ini pertama kali dimunculkan oleh manheim dalam penelitiannya pada tahun 1952. Menurut manheim, individu yang memiliki kesamaan generasi adalah individu yang memiliki kesamaan tahun lahir dalam rentang waktu 20 tahun dan berada dalam dimensi sosial dan dimensi sejarah yang sama. Definisi inilah yang digunakan oleh william strauss dan neil dalam bukunya yang berjudul “Millenials Rising : The next great generation” pada tahun 2000 yang kemudian kata millenials itu populer. Strauss dan neil, mendefinisikan bahwa generasi millenials adalah generasi yang lahir dalam rentang waktu antara tahun 1982 sampai tahun 2000. Strauss dan neil juga mengelompokan beberapa generasi sebelum generasi millenials yaitu silent generation yang lahir antara tahun 1925 sampai tahun1943; boom generation yang lahir antara tahun 1943 sampai tahun 1960; 13 th generation yang lahir antara tahun 1961 sampai tahun 1981. Generasi setelah milleneals yaitu generasi z yang lahir antara tahun 2000 sampai tahun 2010.

Generasi millenials ini yang akan mempunyai peranan paling besar ketika indonesia mengalami demografi. Generasi ini lah yang akan menjadi tulang punggung indonesia dalam mengubah bonus demografi menjadi berkah demografi sehingga indonesia dapat menjadi negara yang makmur. Untuk itu dalam memaksimalkan potensi bonus demografi, pemerintah dengan institusi terkait harus memahami potensi yang dapat dimunculkan oleh generasi milenials ini. Untuk memahami potensi tersebut, maka harus memahami karakteristik generasi mileneals tersebut. Dengan memahami karakteristiknya, maka pemerintah dapat memahami urgensi tersendiri dalam menghadapi bonus demografi nanti. Menjadi pertanyaan penting bahwa seperti apa karakteristik daripada generasi millenials tersebut. Untuk itu, hasil studi yang dilakukan oleh boston consulting group (BCG) bersama university of berkly tahun 2011 di amerika serikat mengenai generasi millenials mendapatkan bahwa karakteristik yang pertama yaitu minat membaca generasi millenials       secara konvensional kini sudah menurun karena generasi millenials lebih menyukai membaca melalui smartphone mereka. Maka dalam melaksanakan pendidikan, mau tidak mau, pemerintah harus beralih kepada e-learning dalam memahami dan melaksanakan pendidikan yang berkualitas bagi generasi millenials.

Karakteristik yang kedua yaitu generasi millenials wajib memiliki akun sosial media sebagai alat komunikasi dan pusat informasi. Ini menandakan bahwa generasi millenials memiliki peluang dan berkesempatan untuk berinovasi dengan luas. Pemerintah harus menciptakan iklim atau ekosistem digital yang baik sehingga peluang ini             dapat menciptakan beragam lapangan pekerjaaan sehingga memacu pertumbuhan ekonomi indonesia. Ini sudah terbukti dengan menjamurnya bisnis berbasis online di indonesia. Karakteristik selanjutnya adalah generasi millenials lebih memilih ponsel mereka daripada televisi. Menonton acara sebuah televisi kini sudah tidak lagi menjadi menjadi sebuah hiburan yang utama karena semua hiburan tersebut sudah tersedia dalam ponsel mereka. Karakteristik yang terakhir yaitu generasi milleneals menjadikan keluarga sebagai pusat pertimbangan dan pengambil keputusan. Keluarga menjadi ujung tombak perkembangan generasi millenials selain pendidikan formal yang ada.

Selain itu, generasi millenials juga memiliki kualitas yang lebih unggul. Generasi ini juga mempunyai minat untuk melanjutkan pendidikan yang lebih tinggi. Para kaum millenials menyadari bahwa pendidikan merupakan prioritas utama. Dengan kondisi seperti ini, indonesia perlu optimis dalam menghadapi bonus demografi yang notabene akan didominasi oleh generasi milleneals. Pola pikir yang terbuka, bebas, kritis, dan berani adalah karakteristik lanjutan dari generasi ini. Disisi lain, menurut yoris sebastian, dalam bukunya yang berjudul generasi langgas Millenials Indonesia, ada beberapa keunggulan lainnya dari generasi millenials yaitu ingin serba cepat, mudah berpindah dalam pekerjaan dalam waktu singkat, kreatif, dinamis, melek teknologi, dekat dengan media sosial, dan lainnya. Tidak hanya itu, gallub (2016), juga menjabarkan keunggulan lainnya dari generasi millenals diantaranya yaitu para milleneals tidak hanya bekerja untuk gaji, tetapi lebih kepada passion pada dirinya. Ini tentu akan menjadi jalan membuka lapangan-lapangan pekerjaan baru yang siap memenuhi permintaan dari para pencari pekerjaan di indonesia. Youthlab (Sebuah lembaga studi mengenai anak muda di indonesia) melakukan penelitian di lima kota besar di indonesia yakni jakarta, bandung, makassar, dan malang. Penelitian tersebut menghasilkan fakta bahwa generasi millenials yang jauh lebih kreatif dan informatif. Generasi tersebut juga memiliki cara pandang yang berbeda dari generasi sebelumnya. Ini tentu akan menciptakan iklim yang posistif bagi perkembangan indonesia kedepan.

Semua karakteristik yang telah dipaparkan diatas adalah modal besar indonesia untuk menghadapi dan berkompetisi dalam bonus demografi mendatang. Generasi millenials akan menjadi poros utama kemajuan bangsa indonesia nanti jikalau mereka memahami dan menyadari potensi-potensi yang mereka miliki sehingga akan timbul sikap optimis untuk bangsa ini. Sikap optimis adalah langkah awal dan berperan sangat penting dalam menghadapi gejolak yang ditimbulkan nanti oleh bonus demografi yang akan terjadi sebentar lagi. Selain itu, upaya ini akan menjadi sia-sia jika pemerintah selaku fasilitator juga tidak ikut andil turun tangan. Peranan pemerintah melalui regulasi dan kebijakan baik nasional maupun daerah tentu akan berefek besar dalam memanfaatkan potensi dari generasi milenials. Dengan demikian generasi millenials akan berkembang pesat dan mampu membawa negara ini menjadi negara kuat didunia. Dan muaranya akan menjadikan indonesia salah satu poros peradaban dunia.